TEMPO.CO, Poso - Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) mulai menggelar latihan gabungan yang dipusatkan di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Selasa pagi. Latihan dimulai sekitar pukul 06.00 Wita serta melibatkan 3.222 personel dari tiga angkatan, yakni Angkatan Darat, Udara, dan Laut.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan latihan di Poso ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme TNI, pengenalan medan, dan perbaikan teritorial di daerah latihan. ”Kami juga menggelar kegiatan bakti sosial lain pasca-latihan,” ujar Panglima di sela latihan, Selasa, 31 Maret 2015.
Latihan TNI dipusatkan di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Poso Pesisir, Poso Pesisir Selatan, dan Kecamatan Poso Pesisir Utara. Sasarannya adalah Gunung Biru yang selama ini dikenal sebagai markas kelompok teroris pimpinan Santoso. Kelompok ini sering mengacaukan situasi keamanan di Bumi Sintwu Maroso, sebutan untuk Poso.
Jenderal Moeldoko selaku komandan tempur memerintahkan pasukannya mengempur sejumlah target di Gunung Biru dengan ratusan tembakan senjata berat dari darat, laut, dan udara. Awalnya sekitar 120 mortir ditembakkan dari Bandara Kasiguncu dengan mobil berpelontar.
Mortir-mortir itu mendarat mulus serta menghancurkan dan membuat panik "musuh" yang berada dalam radius sekitar satu kilometer di Gunung Biru. Setelah itu diikuti tembakan 40 granat dan roket berdiameter 120 mm dari salah satu kapal perang TNI Sultan Hasanudin yang berada di 12 kilometer dari tepi Pantai Poso.
Belum cukup dengan serangan dari darat dan laut, Moeldoko memerintahkan serangan dari empat pesawat temput jenis M16 dan enam helikopter untuk menyerang musuh yang diduga masih ada di sekitar Gunung Biru itu. Panglima memerintahkan 900 pasukan payung dari sepuluh unit pesawat Hercules yang dikawal empat unit F-16.
Kepala Polisi Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Idham Azis mengatakan walaupun Operasi Camar Maleo sudah berakhir, tidak ada operasi berhenti memburu kelompok jaringan Santoso. Kelompok ini diduga menyerang aparat keamanan dan warga sipil. Mereka bergerilya di Gunung Biru.
Setelah latihan gabungan TNI selesai, pada 15 April 2015 operasi keamanan di Poso dilanjutkan dengan sandi aman Maleo yang melibatkan 800 personel dibantu dari Polda Sulawesi Tengah. Operasi itu akan berlangsung selama dua bulan. ”Menangkap teroris itu tidak mudah. Tidak seperti membalikkan telapak tangan. Semuanya memperhitungkan waktu untuk melumpuhkannya,” kata Idham.
Sementara warga, termasuk tokoh muda FPI Kabupaten Poso, Sugianto Kaimudin, menyatakan berterima kasih dengan adanya kegiatan bakti sosial dan latihan gabungan tersebut. ”Adanya latihan ini memberi dampak bagi kemajuan keamanan di Poso,” ujar dia.
Menurut Sugianto, meski latihan menerjunkan ribuan personel, saat berkunjung ke warga tentara tidak memperlihatkan senjata sehingga warga pun tidak segan dan sungkan. "Warga tidak merasa tertekan dan trauma dengan situasi keamanan di daerah ini seperti belasan tahun lalu,” ujar Sugianto.
AMAR BURASE