TEMPO.CO, Cirebon - Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa) APBD 2014 di Kota Cirebon capai Rp 148 miliar. Banyaknya program yang tak terlaksana menjadi salah satu penyebabnya.
Besarnya silpa tersebut diungkapkan Wali Kota Cirebon Nasrudin Azis saat Rapat Paripurna Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKP) Walikota Cirebon di gedung DPRD Kota Cirebon, Senin, 30 Maret 2015. "Dari APBD Kota Cirebon 2014 sebesar Rp 1,36 triliun, silpa yang ada sebesar Rp 148 miliar," kata Azis.
Azis pun mengakui jika silpa tersebut cukup besar. Besarnya sisa anggaran dikarenakan kekhawatiran yang berlebihan dari pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam melaksanakan suatu program. "Mereka takut terjerat dampak hukum dari program yang akan dilaksanakan tersebut," kata Azis.
Karenanya, sekalipun baru dilantikan sebagai Wali Kota Cirebon, Azis menjaminkan dirinya agar setiap pimpinan SKPD bisa menjalankan program sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. "Kuncinya hanya satu, yaitu program tersebut dikerjakan secara benar dan sesuai dengan prosedur," kata Azis. Jika semua dikerjakan dengan benar maka pimpinan SKPD pun tidak perlu takut dan khawatir akan terjerat hukum.
Justru kalau tidak dikerjakan, lanjut Azis, berarti pemerintah daerah justru tidak berpihak pada rakyat. "Karena program itu kan dibuat untuk rakyat. Kalau tidak dibuat kita yang mengkhianati rakyat," kata Azis. Rakyat yang akan merugi karena program yang sudah direncanakan tidak bisa berjalan.
Selain kehati-hatian SKPD, besarnya silpa juga disebabkan oleh terlambatnya petunjuk pelaksanaan dan teknis, terutama kegiatan yang bersumber dari dana alokasi khusus seperti DAK pendidikan. "Akibat keterlambatan juklak dan juknis pelaksanaan kegiatan pun menjadi terhambat," kata Azis.
Sementara itu Wakil Ketua DPRD Kota Cirebon, Lili Eliyah, pun mengaku prihatin dengan cukup besarnya silpa yang tersisa dari APBD 2014. "Sebenarnya kami maklum dengan kekhwatiran sejumlah pimpinan SKPD," katanya. Namun, lanjut Lili, sepanjang mereka berhati-hati dan selalu menaati aturan yang ada, kekhawatiran tersebut menurut Lili tidak perlu terjadi.
IVANSYAH