TEMPO.CO, Yogyakarta - Miftahul Reza resah karena mulai jarang melihat iklan lowongan pekerjaan untuk sarjana perminyakan. Padahal tak lama lagi dia diwisuda menjadi sarjana teknik perminyakan dari Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta. "Setelah harga minyak turun, hanya sekitar dua informasi saja dalam sepekan," ujarnya, Jumat, 27 Maret 2015.
Sebelumnya, di milis alumnus, Miftahul mengaku tiap pekan menemukan lima informasi baru lowongan pekerjaan di kegiatan eksplorasi sebelum harga minyak jatuh. Sejak Januari lalu, dia hanya menemukan satu perusahaan yang menggelar bursa lowongan kerja di kampusnya. Perusahaan minyak itu berasal dari Amerika, Harley Burton. Itu pun Harley hanya mengumpulkan data sarjana baru yang mendaftar untuk mencari pekerjaan.
Kepala Jurusan Teknik Perminyakan UPN Nur Suhascaryo membenarkan hal itu. "Pada 2014, ada lima kali bursa kerja di UPN yang digelar perusahaan minyak. Tahun ini belum ada," ujarnya. Perusahaan yang selama ini rutin datang ke kampusnya ialah Elnusa, Pertamina, Total, dan Harley Burton.
Kondisi serupa ditemukan Kepala Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Sigit Cahyono. Pada akhir tahun lalu, ada operator jasa perusahaan minyak datang mencari pekerja. "Ada 15 yang lolos seleksi," tuturnya. Tapi setelah itu sepi. "Semua perusahaan minyak melakukan efisiensi besar-besaran," ucapnya.
Kepala Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Sugeng Sapto Sarjono mengatakan tren penurunan serapan sarjana geologi untuk eksplorasi tambang minyak juga sepi. "Eksplorasi sangat dipengaruhi oleh pemasukan perusahaan, jadi wajar menurun saat harga minyak anjlok," ujarnya.
Toh, Miftahul mengaku masih optimistis harga minyak dunia segera membaik. Apalagi dia mendengar ada temuan enam cekungan baru di Indonesia. "Ada temuan cekungan di Kalimantan Utara dan di Indonesia timur," tuturnya.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM