TEMPO.CO, Jakarta - Terduga pengikut Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Helmi Alamudin menempati rumah mertuanya di Malang sejak lima tahun lalu, yakni setelah Helmi menikah dengan Conita Abubakar. Rumah dua lantai di pojok tersebut milik almarhum Muhammad Abubakar, ayah Conita.
"Tak tahu pekerjaannya apa. Setiap malam pulang ke rumah," kata ketua RT di Kecamatan Sukun, Kota Malang, Andreas Andi Pamungkas. Meski telah tinggal selama lima tahun, Helmi belum terdaftar dalam kartu keluarga di rumah tersebut. Andreas juga tak mengetahui pernikahan keduanya.
Andreas mengaku jarang bertemu saat kegiatan di lingkungan tersebut. Ia hanya sekali bertemu langsung dengan Helmi di dalam rumah. Saat pertemuan itu, Helmi terlihat terbuka dan mudah bergaul. Namun, sampai saat ini ia juga tak menanyakan asal-usul Helmi maupun pekerjaannya.
"Orang yang tinggal di rumah ini memang tertutup," katanya sambil menunjuk rumah Helmi. Ia mengaku beberapa bulan lalu sempat didatangi intelijen kepolisian yang menanyakan Helmi. Namun, ia tak mengetahui jika Helmi terlibat ISIS.
Usai Helmi ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror, sejumlah kerabatnya berdatangan ke rumah Helmi. Dua lelaki paruh baya datang tak bersamaan. Seorang mengendarai sepeda motor dan seorang lainnya mengendarai Honda Jazz. Selanjutnya, mereka mengeluarkan barang dan sebuah koper dimasukkan ke dalam mobil. Mereka enggan menemui dan menolak berkomantar saat ditemui wartawan.
"Sudah lama Pak Helmi di sini. Sering lewat depan pos," kata petugas keamanan setempat, Yurianto. Ia juga mengetahui jika sejumlah petugas intelijen kepolisian mengawasi Helmi sejak lama. Mereka memantau gerak-gerik dan aktivitas Helmi sampai Helmi ditangkap di Taman Mega Mendung, sekitar satu kilometer dari rumahnya.
Helmi Alamudin, seperti halnya Abdul Hakim Munabari, disebut-sebut binaan Salim Mubarok Attamimi alias Abu Jandal Al Yemeni Al Indunusi. Keduanya aktif mengikuti pengajian dan diskusi keagamaan yang dipimpin Salim. Pria keturunan Yaman ini menjadi radikal sejak bertemu sejumlah pengikut Islam garis keras. Mereka lalu rutin melakukan pengajian dengan berpindah-pindah tempat.
EKO WIDIANTO