TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jawa Barat Deny Juanda Puradimaja mengatakan rencana membangun kereta peluru ala Shinkansen di Jepang akan dilanjutkan. "Pemerintah ingin, bila proyek itu bersifat komersial, orientasinya B to B (business to business)," kata Deny di Bandung, Selasa, 24 Maret 2015.
Proyek kereta peluru itu akan menempuh Bandung-Jakarta dalam waktu 37 menit dengan melewati lebih dari 40 terowongan dalam jarak 141 kilometer. "Sekarang feasibility study sedang dilaksanakan," ujar Deny.
Menurut Deny, pemerintah memproyeksikan proyek infrastruktur komersial di Jawa dan Bali bakal digarap swasta. Pemerintah akan membantunya dengan menerbitkan aturan baru untuk mempermudah kerja sama swasta guna menggarap proyek infrastruktur komersial tersebut. "Bagaimana mempermudah kerja sama swasta di bawah naungan pemda," katanya.
Deny mengatakan tidak hanya kereta peluru yang diproyeksikan akan digarap swasta, tapi juga sejumlah proyek infrastruktur lain, seperti pelabuhan dan jalan tol. Dia mencontohkan, pelabuhan laut Cilamaya di Karawang juga diproyeksikan digarap swasta, serta sejumlah rencana proyek pembangunan jalan tol baru seperti Sukabumi-Cianjur dan Cileunyi-Tasikmalaya. "Skemanya sama, B to B," ucapnya.
Menurut Deny, pemerintah memutuskan membuka kajian untuk menggeser posisi pelabuhan tersebut. "Lokasinya akan disesuaikan dengan untung-ruginya terhadap instalasi pipa Pertamina. Pergeseran bisa ke arah mana saja, atau menjorok ke laut," ujarnya.
Sebelumnya, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan layanan kereta supercepat peluru Jakarta-Bandung akan menyingkat perjalanan kedua kota itu hingga seperempatnya. "Jakarta-Bandung nanti hanya 30 menit," ujarnya di Jalan Sukajadi, Bandung, Jumat, 20 Maret 2015.
Ridwan mengatakan pemerintah, yakni Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini M. Soemarno, tengah berencana membuat kereta cepat Jakarta-Bandung itu. Menurut Ridwan, dia dan Menteri Rini telah membahasnya kemarin.
"Rencananya proyek ini dimulai tahun depan," ujar Ridwan saat ditemui di Paris Van Java, Jalan Sukajadi, Bandung, Jumat, 20 Maret 2015.
Proyek itu dilakukan karena pemerintah menilai pertumbuhan ekonomi koridor Bandung-Jakarta mentok. Pemerintah, menurut Ridwan, tidak mungkin melakukan perkembangan infrastruktur apa pun kecuali mempercepat jarak tempuh Jakarta-Bandung. Saat ini, jarak Jakarta-Bandung sekitar 150 kilometer ditempuh dalam waktu paling cepat dua jam melalui jalan tol.
AHMAD FIKRI