TEMPO.CO, Jakarta - Susilo Bambang Yudhoyono lebih banyak diam saat berbincang dengan tamunya, Rabu malam, 17 Maret 2015. Ia beberapa kali melempar senyum ke karibnya, Ventje Rumangkang, sesama pendiri Partai Demokrat. "Pak Ventje, kita bersama-sama mengatur partai ini ke depan. Pak Ventje dan saya turun gunung," kata SBY, seperti ditirukan Ventje.
Perbincangan mereka berlangsung di ruang kerja SBY, di Lantai 27, Gedung TransCorp, Jakarta. Sudah hampir sebulan Yudhoyono berkantor di sana, yakni setelah menjabat komisaris perusahaan milik taipan Chairul Tanjung itu. Sebagai juru catat, SBY mengajak Sarjan Taher, kader Demokrat yang juga mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
Pertemuan ini inisiatif SBY. Penyebabnya, Jumat dua pekan lalu, Ventje dan pendiri partai lainnya yang bernaung di Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator menyampaikan komentar pedas di media massa. Saat itu, di Hotel Sultan, Jakarta, para pendiri menolak adanya upaya agar Yudhoyono dipilih kembali sebagai ketua umum partai secara aklamasi.
Kelompok pro-SBY dianggap terlalu terburu-buru, karena kongres baru berlangsung pertengahan Mei mendatang. Para pendiri partai tidak menyetujui langkah itu. Mereka meminta Yudhoyono membuka ruang demokrasi agar kader lain yang ingin menjadi ketua umum juga punya kesempatan.
Atas dasar itulah para pendiri memunculkan nama-nama kader yang dianggap potensial. Mereka adalah Gede Pasek Suardika, Hayono Isman, Isran Noor, Marzuki Alie, dan Ahmad Mubarok. Belakangan, nama ipar SBY, Pramono Edhie Wibowo, juga dimunculkan. Pendiri ingin ada regenerasi di tubuh partai.
Penolakan Ventje cs bukan tanpa sebab. Mereka mendapat informasi ihwal pergerakan sejumlah anggota partai dengan logo mirip Mercy itu agar Yudhoyono dipilih secara aklamasi. "Ada elite-elite tertentu yang tak ingin kehilangan posisinya di partai, lantas mereka melakukan rekayasa agar SBY terpilih secara aklamasi," ujar Ventje.
Anggota Dewan Pembina Demokrat, Ahmad Mubarok, mengatakan pergerakan para elite tersebut aktif dan agresif. Mereka memanfaatkan acara konsolidasi dan temu kader di sejumlah daerah untuk menggalang dukungan. "Ada beberapa kader di daerah yang mengadu, 'Kok kami disuruh begini? Gimana nih?'" kata Mubarok.