TEMPO.CO, Jakarta - Asisten Perencanaan Kepala Kepolisian RI Tito Karnavian mengatakan ada beberapa kelompok yang diketahui mendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), terutama di Indonesia. Di antaranya Jemaah Ansharut Tauhid (JAT), Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Mujahidin Indonesia Barat (MIB), Bima Group, Negara Islam Indonesia (NII) Banten, Laskar Jundullah, dan Tauhid Wal Jihad.
"Secara jumlah kelompok, lebih banyak yang mendukung ISIS daripada yang kontra," kata Tito saat ditemui Tempo di ruang kerjanya di Mabes Polri, Jakarta Selatan.
Sedangkan kelompok yang berseberangan dengan ISIS, antara lain Jemaah Islamiyah, Jemaah Anshorus Syariah, dan NII mainstream. Namun meski secara jumlah kelompok lebih banyak yang mendukung, Tito menduga jumlah anggota yang kontra ISIS lebih besar. Sebab, yang pro-ISIS, hanya kelompok-kelompok kecil.
Kelompok-kelompok tersebut merupakan pecahan dari Negara Islam Indonesia dan Jemaah Islamiyah sebelum deklarasi ISIS. Jaringan teroris ini, Tito menjelaskan, sempat loyo pasca-tertangkapnya 985 teroris pada bom Bali 2002. Karena itu, bisa dikatakan para pendukung ISIS merupakan jaringan teroris lama, bukan masyarakat umum yang baru bergabung.
"ISIS membawa angin segar bagi para teroris di Indonesia. Mereka mempunyai legitimasi baru untuk 'berjihad'," ujar Tito.
Saat ini polisi mengantongi 159 nama warga negara Indonesia yang resmi bergabung ke ISIS. Namun, Tito meyakini jumlah WNI yang bergabung dalam ISIS lebih dari itu. Tito berpendapat tidak menutup kemungkinan peristiwa Afganistan pada 2001 kembali terjadi. Saat itu Afganistan dirudal Amerika Serikat lantaran diduga menjadi pelopor runtuhnya menara World Trade Center, yang dikenal dengan peristiwa 9/11, Amerika Serikat.
DEWI SUCI RAHAYU