TEMPO.CO, Jombang-Tokoh pluralisme yang juga sesepuh Nahdlatul Ulama KH Salahudin Wahid (Gus Solah) meminta materi buku pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berbau radikal direvisi. "Entah Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama atau Kementerian, yang jelas ini harus direvisi," kata pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang itu, Jumat, 20 Maret 2015.
Gus Solah menyikapi kontroversi materi berbau radikal di halaman 78 buku Kumpulan Lembar Kerja Peserta Didik Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas Kelas XI yang disusun Musyawarah Guru Mata Pelajaran Kabupaten Jombang. Materi tersebut diduga disadur dari halaman 170 buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Kelas XI terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014.
Baca Juga:
Isinya tentang profil sekaligus pandangan Wahabi yang dicetuskan salah satu tokoh pembaharu Islam asal Arab Saudi, Muhammad bin Abdul Wahab, yang hidup pada 1703 sampai 1787 Masehi. Salah satu pendapat Muhammad bin Abdul Wahab yang dikutip dalam halaman buku tersebut berbunyi: "Yang boleh dan harus disembah hanyalah Allah SWT, dan orang yang menyembah selain Allah SWT telah menjadi musyrik dan boleh dibunuh".
Kalimat tersebut menjadi kontroversi dan bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab dalam Islam, orang kafir atau musyrik dibagi dalam dua kategori, yakni kafir harbi dan kafir dzimmi. Kafir harbi adalah kafir yang memusuhi umat Islam dan boleh dibunuh jika memang mengancam jiwa umat Islam. Sedangkan kafir dzimmi adalah kafir yang hidup berdampingan dan damai dengan umat Islam dan haram dibunuh dan bahkan harus dilindungi.
"Saya enggak tahu apakah ada ajaran Wahabi yang seperti itu, tapi apapun alasannya kalau membunuh orang itu sudah enggak benar," kata adik kandung mendiang KH Abduraahman Wahid (Gus Dur) ini. Gus Solah menilai tim penyusun buku tersebut tidak jeli. "Mereka tidak jeli dan tidak cermat," katanya.
Gus Solah mengaku heran karena menurutnya kesalahan seperti itu sudah berulang kali. "Dulu juga ada buku pelajaran agama Islam yang menyebut Gus Dur jatuh dari presiden karena korupsi. Padahal itu juga nggak benar," kata dia.
Materi radikan dalam buku Agama Islam itu diungkap oleh seorang guru SMA Negeri 1 Jombang, Mukani. Mukani berharap materi tersebut direvisi agar tidak menimbulkan keresahan di masyarakat. Menurutnya, buku-buku itu telah diterima pekan lalu dan telanjur dibagikan ke siswa. Karena belum direvisi atau ditarik dari peredaran, SMA di Jombang tetap menggunakan buku tersebut. "Tapi untuk materi yang itu kami hindari," kata Mukani.
ISHOMUDDIN