TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung mengatakan safari politik Agung Laksono tak mendesak untuk dilakukan saat ini. Yang lebih penting, kata Akbar, adalah bagaimana menyelamatkan partai beringin ini.
"Ya, boleh saja, namun apakah itu sesuatu yang urgent? Yang paling urgent bagaimana membangun kembali kebersamaan Partai Golkar ke depan. Itu yang menjadi perhatian kami," kata Akbar di Sahid Sudirman Center, Sabtu, 14 Maret 2015.
Agung telah mengunjungi partai pendukung pemerintah. Kemarin, ia mendatangi kantor Dewan Pengurus Pusat Hanura dan diterima sang ketua umum, Wiranto. Sebelumnya, Agung dan bawahannya juga mengunjungi kantor Partai Nasional Demokrat.
Mereka bertemu Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Sekretaris Jenderal NasDem Patrice Rio Capella, dan Ketua Fraksi Partai NasDem di Dewan Perwakilan Rakyat Viktor Laiskodat. Kemarin, Agung bertemu Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan.
Akbar mengatakan, untuk mengakhiri kisruh di antara dua kubu, sebaiknya Golkar melaksanakan musyawarah nasional luar biasa tahun ini untuk memilih pengurus definitif dan konsolidasi untuk pemilihan kepala daerah. "Paling tidak bulan April sudah melakukan konsolidasi untuk pilkada," katanya.
Konflik pada tubuh Golkar semakin memanas menyusul langkah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mengesahkan kepengurusan kubu Agung Laksono. Tak terima, kubu Aburizal Bakrie melaporkan Agung Laksono dan kawan-kawan ke Bareskrim atas sangkaan pemalsuan surat mandat yang dibawa dari daerah ke Munas Ancol.
Menkumham mengambil keputusan tersebut berdasarkan keputusan Mahkamah Partai Golkar. Mahkamah Partai menerima kepengurusan DPP Partai Golkar hasil Munas Ancol dengan ketua Agung Laksono berdasarkan pertimbangan dua hakim Mahkamah Partai, yaitu Djasri Marin dan Andi Matalatta, yang memenangkan kubu Agung. Sedangkan Muladi dan Natabaya memilih tak bersikap.
TIKA PRIMANDARI