TEMPO.CO, Jakarta - Yoga Taufiq Sanjaya, 23 tahun, cucu pertama Purnawirawan Pembantu Letnan Satu Tatang Koswara menceritakan beberapa kebiasaan kakeknya selama masa hidupnya. "Meski sudah tua, Kakek memang sangat aktif berkegiatan," katanya saat ditemui Tempo di rumah duka, Jalan Sayuran, Kavling Lumba-Lumba Nomor 2, RT 1 RW 8, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.
Pria yang masuk dalam daftar sniper terhebat sepanjang sejarah versi buku Sniper: Training, Techniques, and Weapons ini menggemari berbagai macam olahraga. "Dia tidak pernah lupa untuk lari pagi," ujar Yoga.
Menurut dia, Tatang pun mengoleksi sejumlah buku militer. Setiap sehabis membaca buku, tutur dia, jiwa nasionalisme Tatang semakin membara.
Meski sudah tua, Tatang tak pernah ketinggalan mengikuti berita yang sedang berkembang. Meski kesukaannya adalah menonton berita terkait dengan militer, Tatang tak pernah acuh pada berita lain.
Selain kebiasaan-kebiasaan itu, Tatang meninggalkan sebuah seragam militer yang dipenuhi nama-nama prajuritnya dan tanggal kematian mereka. Tatang, kata Yoga, kerap menulis nama prajuritnya yang meninggal di medan tempur. "Ia sangat menyayangi anak didiknya. Sekarang, seragam itu akan kami simpan sebagai kenangan," tuturnya.
"Kebiasaan-kebiasaan itu pasti kami rindukan. Kakek merasa senang setelah jasanya dicatat dan diketahui oleh banyak orang," kata Yoga.
Bakat Tatang ramai diperbincangkan setelah terbitnya buku Sniper: Training, Techniques and Weapons yang ditulis oleh Peter Brokersmith pada 2000. Dalam buku itu, Tatang ditempatkan di urutan ke-14 sebagai sniper terhebat sepanjang sejarah.
Pria kelahiran 12 Desember 1946 ini kini sudah berpulang setelah dilarikan ke Rumah Sakit Medistra, Jakarta, kemarin. Ia memang telah mengidap penyakit jantung selama 14 tahun. Tatang mengembuskan napas terakhir pada usia 68 tahun dan dimakamkan dengan upacara penghormatan militer pada pukul 11.30 tadi. Keluarga Tatang hanya bisa menangis sepanjang prosesi pemakaman itu.
PERSIANA GALIH