TEMPO.CO, Subang - Gerakan Masyarakat Peduli Pantura (Gemppa) Subang, Jawa Barat, mendesak pemkab setempat mendirikan rumah sakit umum daerah di wilayah Pantai Utara Jawa bagian Subang. "Kebutuhannya sangat mendesak," ujar koordinator Gemppa, Joko Agung, kepada Tempo, Kamis, 26 Pebruari 2015.
Dia menuturkan warga kelas menengah dan bawah Pantura Subang hanya mampu berobat ke rumah sakit milik pemerintah. Sedangkan rumah sakit yang ada di Pantura mayoritas milik swasta.
"Tahu sendiri kan ongkos pengobatan di rumah sakit swasta itu mahal," Joko memberikan alasan. Lagi pula rumah sakit swasta banyak yang menolak layanan BPJS, salah satu fasilitas pengobatan warga kelas menengah bawah.
Saat ini, jika ada keluarga kalangan menengah dan bawah yang sakit, mereka harus dirujuk ke RSUD Ciereng di Subang Kota yang berjarak 40-60 kilometer dari wilayah Pantura. "Kalau ada pasien gawat darurat, sering tak tertolong akibat jaraknya yang jauh itu," ucap Joko.
Karena alasan jarak tersebut, warga Pantura yang berada di Kecamatan Pabuaran, Patokbeusi, Sukasari, Pamanukan, Pusakajaya. Pusakanagara, Ciasem, Blanakan, dan Legon Kulon banyak yang berobat ke rumah sakit umum daerah di Karawang, Purwakarta, dan Indramayu karena akses mudah dijangkau dan jaraknya lebih dekat.
Bupati Subang Ojang Sohandi mengapresiasi desakan warga Pantura tersebut. Hanya saja, ia belum bisa memastikan kapan rumah sakit pelat merah yang diminta warga Pantura itu bisa dibangun.
"Saat ini belum ada rencana, soalnya terbentur dana. Dana yang diperlukan mungkin mencapai ratusan miliar." Ojang memberikan alasan. Merujuk kondisi RSUD Ciereng, ia menyatakan sampai sekarang belum ada kemajuan yang berarti.
Ojang kemudian menawarkan solusi pembangunan rumah sakit swasta tipe besar agar mampu memberikan pelayanan yang komprehensif tapi dengan biaya yang tidak terlalu mahal. "Dan yang bisa memberikan jaminan layanan BPJS," tutur Ojang.
NANANG SUTISNA