TEMPO.CO, Jakarta - Sin Cia atau makan malam dalam perayaan Imlek adalah salah satu ritual merayakan turunnya Dewa Langit, pemberi rezeki. "Chai Shen, atau dewa langit yang membawa rezeki pada tanggal 1, bulan 1 turun ke bumi. Maka dirayakan dengan makan besar," ungkap Susi Wu, dari Lions Club Singkawang Kalbar Prima. Lions Club merupakan organisasi sosial berjaringan internasional.
Dalam satu tahun, kata Susi, semua manusia sibuk mencari rezeki yang menyebar ke seluruh penjuru bumi. "Maka, menurut tradisi Tionghoa, harus ada satu hari untuk berkumpul dengan keluarga," katanya, Rabu 18 Februari 2015. Tradisi ini yang kemudian mendasari setiap Imlek, warga suku Cina akan kembali ke tempat asal mereka untuk berkumpul dengan keluarga.
Makan besar ini, dihadiri seluruh anggota keluarga di kediaman orang yang dituakan. Semua berbaju merah. Hidangan Imlek keluarga Susi, sangat beragam. "Ada ikan utuh, bebek, ayam dan babi," katanya.
Lain halnya di perkampungan tradisional marga Tjia, di Jalan Budi Utomo, kegiatan makan besar sudah dilakukan sejak pagi. "Kami makan besar pagi, dan juga pukul enam sore," ungkap A Nga, salah satu warga kampung tradisional komunitas Cina di Singkawang.
A Nga mengatakan, tradisi berkumpul di keluarganya dilewatkan dengan bercengkerama usai makan besar. Kawasan kampung tradisional tersebut terdiri dari bangunan kayu, dengan beberapa blok rumah.
Akses jalan tersebut buntu, dengan bangunan menghadap ke sungai. Sungai Singkawang di depan kediaman marga Tjia, tadinya tempat kapal pendahulu marga Tjia merapat di Singkawang. Mereka merintis dengan berdagang di daerah tersebut.
ASEANTY PAHLEVI