Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Suksesi Kesultanan Yogyakarta Konsekuensinya Berat  

Editor

Nur Haryanto

image-gnews
Sri Sultan Hamengkubuwono X
Sri Sultan Hamengkubuwono X
Iklan

TEMPO.CO , Yogyakarta - Kerabat Keraton Yogyakarta Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hadiwinoto mengatakan suksesi Kasultanan Yogya memiliki konsekuensi yang sangat berat. Jika orang yang tak berhak naik tahta, dipastikan sultan terpilih akan mati. "Kalau bukan haknya, (pasti) mujur ngalor," katanya di depan wartawan di gedung DPRD DIY, Senin 16 Februari 2015.

Mujur ngalor adalah tamsil bagi orang yang sudah meninggal dan dikuburkan. Ia tak menjelaskan detil konsekuensi itu. Yang jelas, dalam tradisi masyarakat Jawa, orang yang tak berhak itu adalah orang yang tak ditakdirkan menjadi raja. "Orang dulu mengatakan tidak ketiban wahyu," katanya.


Saat ini, wacana siapa yang paling berhak menggantikan Raja Keraton Yogya Sultan Hamengku Buwono X mencuat seiring dengan pembahasan draft peraturan daerah tentang pengisian jabatan Gubernur DIY dan wakilnya. Undang-Undang Keistimewaan DIY mengamanatkan Gubernur DIY adalah sultan yang bertahta. Sementara UU nomor 13 tahun 2012 itu juga mengindikasikan seorang gubernur adalah laki-laki, kelima anak Sultan kini seluruhnya perempuan.


Ia mengatakan urusan pengisian jabatan gubernur adalah wewenang pemerintah. Namun, ia mengingatkan, tentang siapa sultan yang bertahta, itu adalah urusan keraton. "Jangan utak-atik ranah keraton," katanya.

Keraton, ia mengatakan, memiliki aturan tersendiri (paugeran) untuk memutuskan siapa yang berhak menjadi pengganti sultan. Urut-urutannya, anaknya dulu baru saudaranya. "Tapi anak juga ada persyaratannya," katanya. Ditanya apakah anak perempuan bisa naik tahta, ia justru balik bertanya. "Bagaimana anda melihat selama ini, dari HB I sampai HB X?"

Sepanjang sejarah keraton Yogyakarta, sultan adalah seorang lak-laki. Ia mengatakan ada dua suksesi sultan yang bisa menjadi rujukan kondisi saat ini. Peralihan dari Hamengku Buwono V ke Hamengku Buwono VI dan Hamengku Buwono VII ke Hamengku Buwono VIII.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hamengku Buwono V, menurut dia, tak memiliki anak laki-laki untuk meneruskan tahtanya. Meski kala itu, ada garwo (istri) ampean yang hamil dua bulan. "Belum ada USG waktu itu, jadi belum tahu laki atau perempuan," katanya. Kalau pun anak yang dilahirkan laki-laki, tentu tak memungkinkan memimpin kerajaan karena usianya masih bayi. Sehingga kerabat keraton kala itu menggelar rapat dan memutuskan rayi ndalem menjadi Hamengku Buwono VI.


Dua kasus suksesi itu, menurut dia, menjadi dasar paugeran tata cara seorang perempuan tak bisa menjadi raja keraton Yogya. "Sudah punya paugeran, ada yurisprudensinya," katanya. "Memang kejam, tapi hukumnya seperti itu."


Ia enggan banyak berkomentar saat ditanya siapa yang paling berhak menggantikan Hamengku Buwono X jika didasarkan aturan seperti itu. Namun dari sekian banyak saudara Hamengku Buwono X, Hadiwinoto adalah salah satu yang sekandung. "Saya satu ibu, adik langsung," katanya, menjelaskan singkat silsilahnya.


ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

9 hari lalu

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X (kiri) dan  Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan usai pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY di Istana Negara, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022. Presiden Joko Widodo melantik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan KGPAA Paku Alam X sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY masa jabatan 2022-2027 sesuai dengan Undang-Undang No. 13/2012 tentang Keistimewaan DIY. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.


60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

15 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

15 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

16 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

16 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.


Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

18 hari lalu

Prajurit Bregada berjaga saat Nyepi di Candi Prambanan Yogyakarta Senin, 11 Maret 2023. Tempo/Pribadi Wicaksono
Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.


Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

31 hari lalu

Tradisi Ngapem Ruwahan digelar warga di Yogya sambut Ramadan. (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.


Safari Politik Hadi Tjahjanto Usai Jadi Menko Polhukam: Temui Ketua Umum PBNU, Mahfud Md, dan Sultan HB X

31 hari lalu

Menko Polhukam yang baru dilantik, Hadi Tjahjanto berjabat tangan dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu 21 Februari 2024. TEMPO/Subekti.
Safari Politik Hadi Tjahjanto Usai Jadi Menko Polhukam: Temui Ketua Umum PBNU, Mahfud Md, dan Sultan HB X

Usai dilantik menjadi Menko Polhukam, Hadi Tjahjanto langsung melakukan sejumlah safari politik. Temui Ketua Umum PBNU, Mahfud Md, dan Sultan HB X.


Malioboro Lengang saat Pemilu, Sultan HB X Beri Pesan untuk Capres-Cawapres dan Pendukungnya

43 hari lalu

Kawasan Titik Nol Kilometer, ujung Jalan Malioboro Yogyakarta tampak lengang saat pelaksanaan Pemilu pada Rabu siang, 14 Februari 2024. (Tempo/Pribadi Wicaksono)
Malioboro Lengang saat Pemilu, Sultan HB X Beri Pesan untuk Capres-Cawapres dan Pendukungnya

Susana berbeda terlihat di kawasan wisata Kota Yogyakarta saat Pemilu. Kawasan yang biasanya ramai oleh wisatawan tampak lengang.


Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

44 hari lalu

Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat deklarasi damai Pemilu 2024 di Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

Sultan HB X seusai mencoblos hari ini memberikan pesan agar usai Pemilu, semua permasalahan, perbedaan antarcapres selesai.