TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak 60 aktivis menari beriring musik untuk memperingati V-Day yang jatuh pada Sabtu 14 Februari 2015 di depan Gedung Agung Yogyakarta. V adalah kependekan dari bagian paling pribadi perempuan. Peringatan ini merupakan gerakan global melawan kekerasan terhadap wanita terhadap perempuan bernama One Billion Rising. Gerakan ini mengajak satu miliar perempuan dan siapa pun bersolidaritas menolak kekerasan, misalnya perkosaan.
Aktivis bergerak dari Taman Budaya Yogyakarta hingga depan Gedung Agung Yogyakarta. Mereka membawa spanduk bertuliskan: don’t tell me how to dress, bukan tubuh perempuan yang diatur tapi nafsu. Tema gerakan global kali ini adalah Revolusi untuk Keadilan dan Kesetaraan.
Mereka yang terdiri dari aktivis, ibu rumah tangga, penyandang disabilitas, hingga mahasiswa menari bebas dan lepas di bawah guyuran hujan. Dua pipi aktivis berhiaskan garis dua strip garis berwarna pink. “Menari itu mendobrak, menyenangkan, suci, membebaskan, menularkan, dan menerobos aturan diskriminatif yang mengikat,” kata relawan One Billion Rising, Tia Setiyani.
Mereka mengundang masyarakat menari di kamar, kantor, rumah, sekolah, tempat kos, dan di mana saja pada hari itu. Tia mengatakan, terjadi sejumlah serangan terhadap perempuan. Pada November 2014, seorang mahasiswi Yogyakarta melapor ke polisi karena menemukan kamera close circuit television (CCTV) di toilet pemondokan. Kamera itu dipasang pengelola pemondokan agar dapat melihat perempuan mandi.
Pada September 2014, pemerkosaan dan pembunuhan dialami seorang remaja putri oleh orang tak dikenal. Pada Agustus pada tahun yang sama, siswi melapor ke polisi karena diremas bagian terlarangnya saat berkendara di jalan. Ada pula seorang siswi diperkosa beramai-ramai dan dibunuh dengan dibakar pada 2013.
Di Indonesia, tiap hari 20 perempuan menjadi korban kekerasan. Sebanyak 50 persen kasus kekekerasan di Indonesia adalah perkosaan. “Banyak kasus kekerasan yang belum terungkap,” kata dia.
Komnas Perempuan mencatat pada Maret 2014, terdapat 269.760 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dan ditangani pada 2013. Sebanyak 65 persen kasus kekerasan dialami istri, 21 persen kekerasan dalam pacaran, 7 persen kekerasan terjadi terhadap anak perempuan dan 6 persen kekerasan lain.
SHINTA MAHARANI