TEMPO.CO, Madiun - Sekitar seratus mahasiswi Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun, Jawa Timur, terus berunjuk rasa menuntut direktur dan wakil direktur lembaga pendidikan tersebut, Rumpiati dan Baruatun, lengser karena dinilai otoriter.
Untuk mencapai target aksi, para mahasiswi ini rela tidur di aula Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Muhammadiyah Madiun, lembaga yang menaungi akademi kebidanan itu, selama dua malam. "Selasa dan Rabu kemarin kami menginap di sini" kata Nike Tri Anggraeni, salah satu mahasiswi, saat ditemui di aula STISIP Madiun, Kamis, 12 Februari 2015.
Menurut dia, aksi menduduki aula STISIP akan terus berlangsung hingga Rumpiati dan Baruatun resmi mundur. Hingga kini, Nike melanjutkan, tuntutan mahasiswi tengah dibahas oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta. Sejumlah perwakilan Muhammadiyah Madiun ikut dalam pembahasan tersebut.
Perwakilan itu, menurut Nike, antara lain Rektor STISIP Muhammadiyah; Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM); Pemuda Muhammadiyah; dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Perwakilan itu diminta memperjuangkan aspirasi para mahasiswi. "Kalau tidak berhasil, kami akan mengundurkan diri dari kampus," ucapnya.
Nike mengatakan ancaman itu merupakan wujud kekesalan para mahasiswi. Rumpiati dan Baruatun dituding semena-mena dalam menjalankan kebijakan kampus. Keduanya disebut mengancam tidak mengizinkan mahasiswi mengikuti ujian jika belum melunasi iuran kampus, yang nominalnya lebih tinggi Rp 700 ribu dibanding akademi kebidanan lain. "Jadwal kuliah juga tidak sesuai dengan kalender akademik," ujar mahasiswi semester V ini. Beberapa mata kuliah, kata dia, harus diikuti mahasiswi pada pukul 05.00 WIB dan 22.00 WIB.
Koordinator Angkatan Muda Muhammadiyah Madiun Rokhani mengatakan tuntutan para mahasiswi ini mulai menemui titik terang. Rabu malam, 11 Februari 2015, ia melanjutkan, salah satu pejabat Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun menyampaikan bahwa Rumpiati dan Baruatun setuju lengser. Namun kepastian tentang hal itu masih menunggu keputusan Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat Muhammadiyah. "AMM prihatin dengan masalah ini. Kami mendukung Direktur dan Wakil Direktur Akbid Muhammadiyah mundur," ucapnya.
Wakil Direktur Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun Baruatun tidak bersedia dimintai konfirmasi tentang permasalahan ini. Ia juga tidak berkenan ditanyai tentang kesanggupannya mengundurkan diri dari jabatannya. "Maaf, saya sedang sibuk, dan tak akan menjawab pertanyaan Anda" katanya singkat saat dihubungi melalui telepon selulernya.
NOFIKA DIAN NUGROHO