TEMPO.CO, Probolinggo - General Manager PT Pembangkit Jawa Bali Unit Pembangkit Paiton, Rachmanoe Indarto mengatakan akan mengkaji ulang desain jaring sampah atau screen di mulut intake kanal PLTU Paiton.
"Bar screen itu memang tidak keseluruhan sampai bawah, karena didesain untuk menjaring sampah," kata Rachmanoe, di Paiton, Kabupatenm Probolinggo, Rabu kemarin, 11 Februari 2015.
Hiu paus tutul terjebak di Kanal Intake Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton sejak 2 Februari 2015. Hiu tersebut akhirnya mati pada Selasa, 10 Februari 2015.
Dengan kejadian hiu paus terjebak di kanal ini, kata Rachmanoe, inovasi yang akan dilakukan adalah mengkaji bar screen. "Apakah memang sampai dengan bawah, tentunya juga perlu perhitungan," katanya. Perhitungan tersebut meliputi arus saat proses pemasangan serta kekuatannya.
Dalam kaji ulang ini, kata Rachmanoe, tiga perusahaan akan berkoordinasi, duduk bersama sebagai pengguna. Pengkajian dilakukan dengan menentukan dan menghitung desain yang tepat untuk mengantisipasi kejadian seperti itu.
Menurut Rachmanoe, PLTU Paiton dirancang oleh pakar-pakar pembangkit dunia dan mengikuti desain-desain PLTU di seluruh dunia. Selama ini, belum pernah ada hiu paus masuk ke PLTU. “Bahkan tidak pernah terjadi juga di dunia," katanya.
Dia mengatakan secara rutin hiu paus ini bermigrasi dua kali setahun. Selama 22 tahun PLTU Paiton beroperasi,belum pernah ada hiu paus terjebak di PLTU Paiton.
Terkait dengan kejadian hiu paus masuk intake kanal, manajemen PLTU Paiton bertemu dan tim pakar dilaksanakan pada Rabu. Menurut Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Kementerain Kelautan dan Perikanan, Agus Dermawan, pertemuan itu menghasilkan rekomendasi mengkaji ulang desain screen di mulut intake kanal.
DAVID PRIYASIDHARTA