TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Presiden Yusuf Kalla heran terhadap penetapan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai tersangka kasus suap dan gratifikasi oleh KPK. “Kejadian yang disangkakan kepada BG itu sepuluh tahun lalu. Masak tiba-tiba muncul pada saat dia mau diangkat. Yang diperiksa kan awalnya hanya uang 150 juta,” ujar Kalla dalam wawancara pada 29 Januari 2015 yang dimuat di Majalah Tempo edisi terbaru.
Ketika ditanya apakah pencalonan Budi Gunawan sebagai Kepala Polri merupakan harga mati karena keinginan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, ia menjawab: “Tidak. Bahwa konsultasi dengan banyak orang, pastilah. Termasuk dengan Komisi Kepolisian Nasional. Seperti juga jawaban Pak Jokowi, saya pasti pilih orang yang saya kenal.”
Walau Budi Gunawan sudah dipilih oleh DPR, pelantikannya sebagai Kapolri kemudian ditunda oleh Presiden Jokowi. Bekas ajudan Presiden Megawati itu juga mengajukan praperadilan yang sidangnya sudah dibuka pada Senin, 2 Februari walau kemudian ditunda karena pihak Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai termohon tidak hadir.
Menurut Kalla, jalan keluarnya ya mengikuti proses hukum itu. “Proses hukum yang terdekat praperadilan. Biar pengadilan yang memutuskan,” ujarnya.
Tempo kemudian mengajukan pertanyaan: betulkah persoalannya sederhana: cuma urusan Mega yang secara personal punya hubungan dengan BG? Kalla menjawab: “Apa itu salah?”
Benar begitu? Tempo berusaha memastikan lagi. Tapi kemudian Kalla menjawab: “Tidak, saya tidak katakan begitu. Tapi kalau orang mengusulkan siapa, kan tidak berarti salah kan? Sebagai ketua partai yang menang pemilu, dia berhak saja mengusulkan.”
Sepekan kemudian, Jusuf Kalla juga mengeluarkan pernyataan seputar kisruh pencalonan Kapolri itu. Ia memastikan nasib Kepala Polri terpilih Komisaris Jenderal Budi Gunawan belum diputus. Hal ini menanggapi kabar yang beredar bahwa Budi batal dilantik.
Berkaitan dengan pernyataan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafi'i Maarif yang mengatakan dihubungi Jokowi terkait dengan pembatalan pelantikan Budi Gunawan, JK menyayangkan. "Tidak selayaknya tentu pembicaraan pribadi itu (tersebar), juga menjadi bagian dari pada informasi." ujar JK. Namun, JK tidak tahu apakah isi pembicaraan tersebut benar adanya. "Yang tahu hanya mereka berdua," katanya, Kamis 5 Februari 2015.
Sebelumnya Syafi'i mengaku dihubungi oleh Jokowi pada Selasa malam lalu, 3 Fabruari. Saat itu, Jokowi baru saja bertemu pimpinan parta-partai anggota koalisi pendukungnya, termasuk Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri. "Saya sedang di masjid saat dia telepon," kata Syafii.
Saat dihubungi oleh Jokowi, Syafii mengira telah ada komunikasi yang membaik antara Jokowi dengan Megawati. "Saya kira cair setelah adik dan kakak itu ketemu, Mega kalau panggil Presiden kan adik Jokowi," kata dia.
Makanya, Syafi'i mengaku sempat bertanya ke Jokowi, "Pak Presiden, gimana sudah mencair?" Syafii melanjutkan, ternyata Jokowi menjawab, "Cair apanya, ini malah kacau. Tapi saya tidak akan melantik BG (Budi Gunawan)." Menurut Syafii saat itu, keputusan resmi Jokowi untuk membatalkan pelantikan BG akan diumumkan pada saat yang tepat.
TIKA PRIMANDARI I ADDI MAWAHIBUN IDHOM I TIM TEMPO