TEMPO.CO, Brebes - Cuaca buruk saat ini menyebabkan sekitar 2.000 kapal nelayan kecil di Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kota Tegal, Jawa Tengah gagal melaut. “Gelombang di tengah laut mencapai sekitar empat meter,” kata Daiman, 45 tahun, nelayan di Pantai Munjungagung, Kabupaten Tegal, Ahad 1 Februari 2015. Nelayan semacam Daiman menggunakan kapal berukuran di bawah 10 gross tonnage (GT).
Cuaca buruk diperkirakan masih akan merundung Laut Jawa hingga sepekan mendatang. “Ketinggian gelombangnya masih sekitar 1,5 meter hingga 2,5 meter,” kata Prakirawan Stasiun Meteorologi Tegal, Hendy Andrianto.
Hendy mengatakan, gelombang laut masih tinggi akibat musim angin barat dengan kecepatan rata-rata 12 sampai 20 knot atau 40 kilometer per jam. Hendy mengimbau nelayan kecil mewaspadai puncak musim hujan yang terjadi pada Februari.
Selama menganggur, sebagian nelayan kecil di Pantai Munjungagung, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, menggantungkan hidup pada para pemilik warung kelontong. “Istilahnya ngebon. Para pemilik warung sudah maklum. Kalau cuaca sudah bersahabat, nanti utangnya dilunasi,” kata Ranito, nelayan Pantai Munjungagung. Lelaki 38 tahun itu mengaku sudah tidak melaut sejak Jumat, 30 Januari 2015.
Mensiasati cuaca buruk, Ranito berujar, nelayan kecil mencoba peruntungan dengan berangkat lebih dini demi tetap melaut. Kendati demikian, tangkapan ikan mereka tetap tidak maksimal karena hanya melaut sekitar dua jam. “Tidak jarang pulang dengan tangan kosong,” kata Daiman. Hingga kini, nelayan kecil masih menanti bantuan beras paceklik alias beras gratis dari pemerintah yang biasa dibagikan saat cuaca buruk.
Untuk meringankan beban nelayan kecil, Pemkab Brebes menyiapkan 60 ton beras paceklik untuk 13 ribu keluarga nelayan di Kecamatan Tanjung, Bulakamba, Wanasari, dan Brebes. “Sekarang masih dibahas Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Bulog. Targetnya bisa segera dibagikan di awal bulan ini,” ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Brebes, Tandi.
DINDA LEO LISTY