TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrat, Gede Pasek Suardika, mengakui sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan salah satu pemegang saham partai yang cukup dihormati oleh sejumlah pengurus. (Baca: Nih, Alasan SBY Paling Dijagokan Pimpin Demokrat)
Namun peran SBY itu tidak berbanding lurus dengan kemampuan manajerialnya dalam mengelola agenda partai. "Buktinya, saat SBY jadi ketua umum, suara Demokrat anjlok jadi 61 kursi. Padahal sebelumnya 148 kursi," ujar Pasek ketika dihubungi, Sabtu, 20 Desember 2014. (Baca: Rupiah Kritis, SBY: Jangan Beri Angin Surga)
Karena itu, Pasek menilai upaya penggalangan dukungan aklamasi bagi terpilihnya kembali Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi ketua umum sebagai langkah mundur. "Di periode sebelumnya tidak pernah ada manuver menggalang tanda tangan di atas materai. Kompetisi dibuka saat kongres," kata Pasek. (Baca: Rupiah Jeblok, SBY Bela Jokowi)
Pasek menjelaskan penggalangan dukungan dilakukan SBY dengan mengundang sejumlah ketua dan sekretaris baik di tingkat Dewan Pengurus Daerah maupun Dewan Pengurus Cabang ke kediaman SBY, di Cikeas. Mereka diminta menandatangani kontrak politik untuk mendukung keterpilihan SBY dalam kongres yang akan berlangsung pada Juni 2015. (Baca: Rupiah Jeblok, SBY Curhat di Twitter)
Menurut Pasek, tak semua penanda tangan kontrak politik itu merasa senang dengan manuver SBY. Sejumlah ketua dan sekretaris yang hadir di Cikeas mengeluhkan pola penggalangan dukungan seperti itu meski mereka diberi sangu sesaat sebelum meninggalkan kediaman SBY. "Mereka itu cuma ewuh pakewuh sama SBY," katanya. (Baca juga: SBY Dukung Jokowi Jika Sudah Kepepet?)
RIKY FERDIANTO
Topik terhangat:
Longsor Banjarnegara | Teror Australia | Pembatasan Motor | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Soal Lapindo, Ruhut: Ical Bisa Ditertawakan Kodok
Priyo Budi Diam-diam ke Rumah Akbar Tandjung
Ucapan Natal, Yenny Wahid: Jokowi Jangan Dengar FPI
Ahok Mencak-mencak di Balai Kota, Apa Sebabnya?