TEMPO.CO, Gresik - Siswa kelas IV sekolah dasar yang menjadi korban penyanderaan di Gresik, Jawa Timur, tak masuk sekolah hari ini, Kamis, 18 Desember 2014. Zahriyani Putri Agustin atau Rani masih mengalami trauma akibat penyanderaan selama hampir tiga jam, Rabu kemarin.
"Rani sudah bisa senyum dan cerita-cerita. Tapi, setelah ketemu orang banyak, dia mendadak lemas," kata sang ayah, Agus Suswanto, saat ditemui Tempo di rumahnya, di Jalan Dewi Sekardadu, Kelurahan Ngargosari, Kebomas, Gresik.
Seusai perawatan, Rani dipulangkan dari Rumah Sakit Semen Gresik pukul 15.45. Rani mengalami luka sayatan sedalam 0,5 sentimeter di dada kiri sepanjang 5 sentimeter akibat aksi perebutan pisau antara pelaku dan Kapten Suwanto. Sepulang dari RS, Rani masih tampak ceria dan dapat menceritakan kronologi penyanderaannya kepada Agus. "Waktu Pak Bupati Gresik Sambari kemari, anaknya juga masih ceria dan mau dipangku beliau. Pak Bupati memberi bantuan uang pendidikan."
Meski begitu, Rani melarang keluarganya menonton TV akibat trauma. Bahkan, kedua adiknya, Bintang Nur Aini dan Nadia Salsabila Deca Azzahra, ikut-ikutan menangis bila melihat program berita yang menayangkan penyanderaan tersebut. Sejak kemarin, Rani juga tampak kesulitan tidur.
Disandera sejak sekitar pukul 08.45 di SD Telogo Patut, Rani dibekap dan ditodong pisau oleh pelaku, Fuad Ahmad, 34 tahun. Fuad mengancamnya dengan pisau lalu membawa Rani menyeberang ke jalan raya menuju Makodim. "Rani sempat berontak. Karena kalah besar, dia lalu diam saja," kisah Agus.
Selama dibekap pelaku asal Wanasaba, Lombok Timur, NTB, itu, Rani hanya terdiam dan sesekali berupaya menginjak kaki Fuad. Mendengar pengakuan putrinya itu, Agus memuji keberaniannya, "Saya bilang, 'Hebat kamu, Nduk'." Kepada sang ayah, Rani mengungkapkan pula dirinya ingin menjadi polwan. (Baca: Anak Korban Penyanderaan di Gresik Syok Berat)
Bersama Kapolres Gresik E. Zulpan, tim psikiater RS Petrokimia Gresik turut mendatangi Rani di rumahnya untuk melakukan pendampingan. Psikiater Nadia Attuwy mengatakan kondisi Rani belum terlalu mengkhawatirkan. "Sementara belum terlalu, hanya kecemasan di permukaan. Kami akan mengedukasi keluarga untuk bekerja sama mengamati kondisi Rani," katanya.
Nadia menambahkan, dalam satu bulan ke depan, pihaknya akan melakukan pengawasan. Lama penanganan, kata dia, bergantung pada kondisi dan kekuatan psikologis Rani sendiri. "Penanganannya beragam, mulai relaksasi hingga hypnotherapy untuk mengatasi trauma supaya korban tidak sampai menggeneralisasi," katanya.
ARTIKA RACHMI FARMITA
Berita Terpopuler
Begini Pembubaran Nonton Film Senyap di AJI Yogya
'Titiek Soeharto Tak Pantas Jadi Ketua PMI'
JK Ketua Umum PMI, Titiek: Saya Tetap Menang
JK Walk Out, Titiek: Ngambek atau Mau Bobo?