TEMPO.CO, Sragen - Gerimis mengguyur sejak selepas Isya dan terus bertahan hingga Kamis tengah malam, 4 Desember 2014. Jalanan di Sumberlawang, Sragen, menjadi basah dan licin. Pengunjung Gunung Kemukus yang mengemudikan kendaraan harus berhati-hati saat melewati jalan yang tergenang air dan lumpur.
Cuaca yang kurang bersahabat itu tidak menyurutkan niat pengunjung yang ingin berziarah. Satu demi satu kendaraan menderu melewati jalan tanjakan yang sempit. Semakin malam, suasana di sekitar makam Pangeran Samudra itu semakin ramai.
Para peziarah menitipkan kendaraan mereka di rumah-rumah warga yang sengaja menyediakan fasilitas parkir. Saat memasuki area makam, mereka langsung disambut oleh para penjual bunga dan kemenyan. (Baca: Kenapa Ada Ritual Seks di Kemukus)
Di bawah gerimis, ratusan peziarah segera memasuki bangunan mirip rumah. Kebanyakan langsung masuk ke ruang bagian dalam, tempat makam Pangeran Samudra berada. Setelah menabur bunga, mereka mencari tempat duduk di bagian teras makam. Sebagian lagi memilih duduk berdesakan di ruang aula yang tidak seberapa luas.
Beberapa di antara mereka terlihat duduk sembari memejamkan mata seperti tengah berdoa. Ada juga yang hanya duduk terpekur seperti orang melamun. Tidak jarang yang duduk sembari merokok maupun menikmati bekal berupa nasi bungkus. Mereka tidak terlihat canggung seperti sudah sering berkunjung ke tempat tersebut. (Baca: Ritual Seks diKemukus dan Kisah Pangeran Samudra)
Selanjutnya: Pengaruh pemberitaan negatif pada arus peziarah