TEMPO.CO, Pacitan - Kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi berdampak penurunan produksi tangkapan ikan nelayan di wilayah perairan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Sebelumnya, jumlah ikan yang masuk tempat pelelangan Pelabuhan Perikanan Pantai Tamperan mencapai 10 ton per hari. Namun kini rata-rata hanya 2 ton per hari.
"Hasil tangkapan ikan menurun karena hanya beberapa kapal jenis purse seine yang berangkat melaut. Nelayan yang memakai kapal jenis sekoci dan kapal tradisional memilih tidak mencari ikan," kata Misni, salah seorang nelayan setempat, Jumat, 28 November 2014. (Simak berita sebelumnya: Solar Naik, Nelayan di Pacitan Berhenti Melaut)
Menurut dia, dari 42 kapal purse seine yang mangkal di pantai Pacitan, tak lebih dari separuhnya yang turun ke laut. Selebihnya memilih parkir di pantai lantaran biaya operasional untuk pembelian solar, stok makanan para anak buak kapal, dan es batu sebagai pengawet ikan makin membengkak. "Sekarang kami mengeluhkan biaya produksi yang tinggi, tapi harga jual ikan justru turun," ujar Misni.
Rochani, salah satu pengusaha ikan laut segar sekaligus pemilik kapal pusrse seine, mengatakan biaya produksi per satu kapal untuk menangkap ikan mencapai Rp 45 juta. Angka tersebut lebih besar dibanding sebelumnya, saat harga solar bersubsidi belum naik atau masih Rp 5.500 per liter. Saat itu, biaya yang dikeluarkan untuk sekali melaut selama tujuh hari hanya Rp 30 juta. (Baca: Pertamina Buat 10 SPDN Bergerak untuk BBM Nelayan)
Karena itu, Rochani hanya mengoperasikan tiga dari lima kapal miliknya. Penghematan ini dilakukan untuk menyiasati naiknya harga solar. Apalagi, saat ini jumlah ikan yang ditangkap makin sedikit karena gelombang dan arus laut masih sering tinggi. "Pengusaha lain juga mengurangi kapal yang diberangkatkan. Bahkan, nelayan andon (pendatang) yang menggunakan kapal sekoci pulang ke daerah asalnya masing-masing," ujar Rochani.
Para nelayan andon di Pacitan mayoritas berasal dari Sinjai, Sulawesi Selatan. Menurut dia, dari 200 kapal sekoci yang sebelumnya mangkal di Pelabuhan Perikanan Pantai Tamperan, sekarang tinggal 20 unit. Para nelayan andon memilih pulang karena cuaca tidak bersahabat dan tingginya biaya operasional untuk melaut. (Lihat pula: BPH Migas Dukung Menteri Susi Batasi BBM Nelayan)
NOFIKA DIAN NUGROHO
Berita Terpopuler:
Jurus Saling Kunci Jokowi dengan Koalisi Prabowo
Ruhut: Demokrat Tolak Dukung Hak Interpelasi
Ini Isi Surat Anas dan Akil ke Kepala Rutan KPK
Tiga Momen Kedekatan Jokowi dan Menteri Susi
Alasan Akbar Cs Sarankan Penundaan Munas Golkar