TEMPO.CO, Sleman - Pembangunan hunian tetap bagi ribuan pengungsi di lereng Gunung Merapi dicatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri). Pembangunan ini mencetak rekor jumlah unit terbanyak dan waktu tercepat. Selain itu, relokasi pengungsi dari lokasi bencana ke zona aman pun tanpa gejolak.
"Hunian tetap bagi pengungsi paling banyak dan paling cepat pembangunannya, kurang dari empat tahun. Ini penciptaan rekor baru di dunia," kata Paulus Pangka, perwakilan Muri, di hunian tetap Pagerjurang, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Sabtu, 22 November 2014. "Tentunya memindahkan ribuan keluarga ke tempat baru tidaklah mudah."
Hunian tetap berupa rumah yang dibangun bagi warga korban erupsi Merapi pada 2010 di Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 2.040 unit. Sedangkan di Magelang, Jawa Tengah, ada 476 rumah. Permukiman bagi warga yang awalnya tinggal di kawasan rawan bencana ini juga dilengkapi dengan 312 titik infrastruktur yang dibangun untuk mengurangi risiko bencana. Pemerintah juga membangun 1.145 titik infrastruktur dasar yang tersebar di Sleman, Klaten, Boyolali dan Magelang.
Direktur Penataan dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Adjar Prayudi mengatakan pembangunan kembali suatu daerah pascabencana tak mudah. Selain harus ada dana yang sangat besar, pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksinya memerlukan perencanaan dan perhitungan yang matang. Masyarakat pun harus sepenuhnya dilibatkan. "Kami memang kejam dalam melaksanakan pembangunan. Itu dibutuhkan supaya program pembangunan bisa tercapai seperti rencana," katanya.
Adjar mengatakan pemerintah sudah menggunakan pendekatan tertentu untuk merelokasi pemukiman pascabencana atau demi pembangunan. Tapi upaya ini kerap diwarnai konflik sosial antarwarga ataupun warga dengan pemerintah. Adjar mencontohkan pembangunan waduk Kedung Ombo pada era 1980-an. Saat itu, Adjar melanjutkan, warga melawan, sehingga pembangunan tidak maksimal.
Menurut Adjar, penanganan dampak erupsi Merapi pada 2010 merupakan prestasi yang patut dihargai. Dalam waktu tidak lebih dari empat tahun, sebanyak 2.516 kepala keluarga telah direlokasi ke tempat yang aman lengkap dengan hunian tetap dan infrastruktur. "Prestasi ini patut dicatat sebagai kegiatan relokasi permukiman terbesar yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif tanpa gejolak sosial," katanya.
Setiap kepala keluarga yang direlokasi mendapatkan bantuan Rp 30 juta untuk membangun rumah yang dirancang oleh tim Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas. Dana itu didapat dari berbagai sumber, seperti pemerintah dan pendonor luar negeri.
MUH SYAIFULLAH
Topik terhangat:
BBM Naik | Ritual Seks Kemukus | Banjir Jakarta | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Ahok 'Tebus Dosa' ke Ridwan Kamil Rp 125 Juta
Jean Alter: Sri Wahyuni Saya Cekik Sampai Mati
Kata Susi, Ini Kebodohan Indonesia di Sektor Laut
Indonesia Juara MTQ Internasional di Mekah