TEMPO.CO, Surakarta - Petinggi Front Pembela Islam Surakarta geram atas beredarnya tayangan media Australia yang menyoroti aktivitas intim di Kemukus, Desa/Kecamatan Sumber Lawang, Sragen, Jawa Tengah. Ketua FPI Solo Raya Khoirul Rus Suparjo mengaku sudah berkali-kali meminta pemerintah Sragen menutup penginapan-penginapan di Kemukus.
Khoirul menilai pemerintah Sragen enggan menutup Kemukus karena ada wisata religi dan ziarah di makam Pangeran Samudra."Padahal di balik ziarah ada perzinahan," ucapnya, Jumat, 21 November 2014. (Baca juga: Kata Juru Kunci Soal Ritual Persetubuhan Gunung Kemukus)
Dia menyebut penayangan media Australia tentang Kemukus menjadi momentum bagi kelompoknya untuk kembali gencar meminta Kemukus ditutup. Dia akan mendesak pemerintah Sragen segera menutup Kemukus. "Minggu depan kami ke Sragen dan bertemu pemerintah Sragen," katanya. (Baca juga: Media Australia Sorot Ziarah Gunung Kemukus)
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Sragen Purwadi Joko mengatakan ihwal boleh-tidaknya ziarah ke Kemukus memang menjadi perdebatan. Ia sendiri berpendapat wajar jika ada orang yang berziarah ke makam Pangeran Samudra di Kemukus. "Sebab Pangeran Samudra dianggap mati syahid. Dia meninggal ketika menjalankan tugas negara atau raja untuk menyatukan kembali kerabatnya," katanya. (Baca juga: Ritual Persetubuhan di Kemukus dan Kisah Pangeran Samudra)
Saat di Kerajaan Demak, Pangeran Samudra diminta belajar agama sekaligus mencari anggota keluarganya yang berada di Gunung Lawu. (Baca juga: Warung di Sekitar Kemukus Tawarkan Layanan Bersetubuh)
Ketika akan pulang ke Demak, sosok yang kabarnya keturunan Raja Majapahit terakhir tersebut sakit dan meninggal di lokasi yang saat ini menjadi Desa Sumber Lawang. (Baca juga: Wakil Gubernur Belum Tahu Ritual Persetubuhan di Kemukus)
Dia menegaskan, yang perlu ditertibkan adalah kegiatan persetubuhan yang dicampuradukkan dengan ziarah. "Kami terus meluruskan cerita yang benar tentang Pangeran Samudra," ucapnya.
UKKY PRIMARTANTYO