TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Kepala Badan Intelijen Negara A.M. Hendropriyono mengatakan dirinya tidak membunuh 200 orang pada tragedi Talangsari, Lampung, tahun 1989. Hal ini diungkapkan Hendropriyono melalui wawancara dengan jurnalis Amerika Serikat, Allan Nairn, yang bisa dilihat pada blog pribadinya, www.allannairn.org, yang diungguh Senin, 27 Oktober 2014.
Bekas Kepala BIN tersebut menolak jika dikatakan orangnya yang menembak secara membabi-buta, seperti cerita yang beredar, para muslim ektremis yang dipimpin Warsidi. "Mereka membakar pondok persembunyiannya sendiri," ujar Hendropriyono.
Para korban, menurut Hendropriyono, dikumpulkan di suatu pondok dan tidak diizinkan keluar oleh Warsidi. Hendropriyono mengaku sudah memerintahkan mereka untuk keluar dan menyerah. Namun, tiba-tiba, api menyala dari dalam. (Baca: SBY Didesak Minta Maaf Atas Pelanggaran HAM Masa Lalu)
Mertua Komandan Paspampers Andika Perkasa ini sangat yakin mereka bunuh diri. Beberapa anak kecil yang memberikan kesaksian bahwa orang-orang Hendropriyono-lah yang menembaki orang-orang Warsidi hingga tewas. "Mereka masih kecil, belum tahu apa-apa," ujarnya. Hendropriyono menjawab dengan sangat yakin meskipun sudah ditanyai beberapa kali. Allan juga menjelaskan temuan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
Anak-anak tersebut, ujar Hendropriyono, hanya dendam atas kematian orang tua mereka. Hendropriyono justru menuding Komnas HAM dan LSM memfitnahnya karena pembantaian ini menyangkut salah satu agama. (Baca: Kejaksaan Agung Tolak Usut Tujuh Kasus Pelanggaran HAM)
Hendropriyono mengaku siap jika kasus ini harus dipertanggungjawabkan. "Jika ada pengadilan HAM untuk segala yang saya lakukan, saya siap," ujarnya kepada Allan.
ANDI RUSLI
Baca juga:
Luke Shaw Optimistis MU Akan Bekuk Man City
Pasangan Suami Istri Ini Kompak Jadi Pencuri
Rumah Singgah Sukarno Diusulkan Jadi Cagar Budaya
Kolarov: Man City Enam Tahun Lebih Baik dari MU