TEMPO.CO, Manado - Peneliti Nusa Institute yang fokus pada penelitian paham radikal di Indonesia, Mashud Halimun, mengatakan orang-orang terpelajar mesti bertanggung jawab atas masuknya paham radikal ke jemaah masjid.
"Masjid tempat yang paling aman. Kalau kita mengurusi masjid, kita berpenampilan mirip ulama, pasti dipercaya oleh masyarakat. Ini yang dimanfaatkan oleh para kaum radikalisme," kata Mashud, Sabtu, 18 Oktober 2014. Ironisnya, menurut Mashud, pengelolaan masjid justru didominasi para pelaku radikalisme. Alasannya, orang-orang berpendidikan enggan mengurus masjid.
Menurut dia, kurangnya kesadaran orang-orang terpelajar untuk mengurus masjid karena mereka merasa bahwa masjid adalah tempat yang tidak berkelas untuk menaikkan status mereka di mata masyarakat. "Kalau orang-orang berpendidikan itu mengatakan ecek-ecek mengurus masjid. Anggapan ini justru menurunkan harkat mereka," tutur Mashud.
Mashud mengkritik masjid-masjid yang berada di kantor pemerintahan atau lembaga negara. Biasanya di masjid-masjid itu tidak ada pengurus sehingga diurus oleh kaum berpaham radikal.
"Saya contohkan di masjid KPU di Jakarta. Di sana saya bingung. Masjid di KPU, tapi khotbah Jumat malah bicara mengenai negara Islam," kata Mashud. "Saya tak habis pikir, di lembaga KPU tapi brainwash-nya malah negara Islam."
Oleh karena itu, Mashud meminta agar masyarakat lebih peduli dengan pemberantasan paham radikal lewat cara kecil yang dianggap sepele. "Jika ada orang baru, setidaknya diajak dialog agar ketahuan apa tujuannya," tuturnya.
ISA ANSHAR JUSUF
Topik terhangat:
Pelantikan Jokowi | Koalisi Jokowi-JK | Kabinet Jokowi | Pilkada oleh DPRD
Berita terpopuler lainnya:
Diberi Hormat Prabowo, Mengapa Jokowi Membungkuk?
Diincar Kabinet Jokowi, Puan Dianggap Titipan Mega
Terjawab, Penggagas Pertemuan Jokowi-Prabowo
Cerita Manajer Lion Air Ngamuk Versi Penumpang