TEMPO.CO, Jakarta - Pimpinan rapat paripurna pemilihan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Maemanah Umar, dari DPD Riau meminta peserta rapat tidak membawa alat komunikasi selama memilih paket pimpinan.
"Dilarang membawa alat komunikasi ke bilik pemilihan," kata Maemanah di ruang rapat paripurna MPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 7 Oktober 2014. (Baca: Setelah Molor Dua Jam, MPR Gelar Rapat Rahasia)
Mekanisme pemungutan suara (voting) akhirnya dipilih setelah forum memutuskan dua paket pimpinan MPR. Salah seorang peserta rapat mengusulkan agar saat pemungutan suara tak membawa alat komunikas untuk mencegah kecurangan. Hal itu disetujui pimpinan sidang. Pemungutan suara dimulai sekitar pukul 23.50 WIB didahului oleh fraksi DPD.
Dua poros dalam parlemen, koalisi pro-Joko Widodo dan pro-Prabowo Subianto, mengusung calon pimpinannya masing-masing. Partai Hanura menjadi satu-satunya partai yang tak mendapatkan jatah pimpinan. (Baca: Incar Pimpinan MPR, PPP Membelot ke Koalisi Jokowi)
Oesman Sapta diusung menjadi pimpinan MPR periode 2014-2019. Oleh koalisi Jokowi, Oesman diusulkan menjadi Ketua MPR, didampingi Achmad Basarab dari PDI Perjuangan, Imam Nahrawi dari PKB, Hazrul Azwar dari PPP, dan Patrice Rio Cappela dari Partai NasDem. (Baca: Koalisi Jokowi Pesimis Paket Pimpinan MPR Diterima dan DPD Pilih Oesman Sapta sebagai Pimpinan MPR)
Oesman juga dicalonkan menjadi Wakil Ketua MPR oleh koalisi pro-Prabowo bersama E.E. Mangindaan dari Demokrat, Mahyudin dari Golkar, dan Hidayat Nur Wahid dari PKS. Sedangkan Zulkifli Hasan dari PAN dicalonkan sebagai Ketua MPR. (Baca: Paripurna MPR, Koalisi Prabowo Banyak Interupsi dan Lawan Kubu Prabowo, Mega-Jokowi Bisa Kalah 5-0)
TIKA PRIMANDARI
Berita Terpopuler:
JK Bantah Mega Tidak Mau Bertemu SBY
Investor Tunggu Sikap Politik Megawati
Rupiah Jeblok bila Koalisi Prabowo Kuasai MPR
Soal Pilkada DPRD, Gubernur PDIP Ini Lapor PBB