TEMPO.CO, Surakarta - Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Sajidan mengatakan berdasarkan data kualitatif, masih ada guru yang merasa kesulitan memahami Kurikulum 2013. “Sekitar 22 persen guru kesulitan melakukan penilaian berdasarkan dimensi sikap dan keterampilan siswa,” katanya kepada wartawan di sela Lokakarya Implementasi Kurikulum 2013 dan Pengembangan Klinik Guru di Surakarta, Senin, 6 Oktober 2014.
Untuk membantu guru memahami Kurikulum 2013, UNS mendirikan klinik guru sejak Mei 2014. Para guru bisa datang langsung ke kampus FKIP UNS untuk konsultasi. Para guru juga dapat mengakses website klinik guru untuk bertanya secara online. (Baca juga: Kurikulum 2013 Berpotensi Gagal)
Menurut Sajidan, UNS mempunyai pakar sesuai bidang studi. Tim tersebut sudah disiapkan UNS sejak akhir 2013. Mata pelajaran yang bisa dikonsultasikan mulai matematika, fisika, sejarah, ekonomi, seni budaya, pendidikan jasmani, sampai prakarya.
Di klinik guru, para guru akan diajak berdiskusi tentang cara menguasai materi pelajaran. Kemudian meningkatkan kemampuan guru dengan melakukan refleksi, menemukan gejala atau permasalahan, mengevaluasi proses pembelajaran yang dilakukan, dan melakukan simulasi pembelajaran.
Selain konsultasi gratis, pihaknya juga melakukan pendampingan guru untuk pelaksanaan Kurikulum 2013 dan pengembangan profesi guru. “Kami juga siap mendampingi untuk penelitian tindakan kelas,” katanya.
Ketua Forum Komunikasi FKIP Perguruan Tinggi Negeri Furqon Hidayatullah mengatakan lokakarya diikuti 29 FKIP se-Indonesia. Dia akan mendorong tiap anggota untuk mendirikan klinik guru dan semacamnya seperti di UNS dan Unesa.
UKKY PRIMARTANTYO
Berita lain:
Investor Tunggu Sikap Politik Megawati
Rupiah Jeblok bila Koalisi Prabowo Kuasai MPR
Soal Pilkada DPRD, Gubernur PDIP Ini Lapor PBB