TEMPO.CO, Kediri - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri meminta Kepolisian Daerah Jawa Timur turun tangan menyelidiki rentetan teror yang menimpa kontributor Metro TV Ngawi, Wulan Suci Tabitanti. Teror muncul saat Wulan meliput penggerebekan tempat sapi gelonggongan, yakni tindakan menggelontor air ke mulut sapi agar tubuhnya bertambah gemuk.
Sekretaris AJI Kediri Agus Fauzul mengatakan teror yang dialami Wulan sudah mengancam kerja jurnalis dalam menyampaikan informasi ke masyarakat. Padahal, Undang-Undang Pers telah melindungi pekerjaan wartawan demi informasi yang dibutuhkan masyarakat. "Kalau masalah itu tidak diberitakan, masyarakatlah yang menjadi korban sindikat sapi gelonggongan," kata Agus kepada Tempo, Jumat, 3 Oktober 2014. (Baca berita lainnya: Direktur Novanto Center Ancam Wartawan Tempo)
Berdasarkan pengakuan korban, munculnya teror berawal saat ia bersama sejumlah wartawan media cetak dan elektronik mengikuti penggerebekan tempat yang diduga menjadi praktek menggelonggong sapi, Kamis malam, 25 September. Penggerebekan yang dilakukan bersama-sama Bupati Ngawi ini memergoki praktek pengisian air ke dalam tubuh sapi untuk menambah berat badan.
Seusai melakukan peliputan, Wulan sering diteror. Salah satunya dikejar oleh sebuah mobil dan dipepet hingga terjatuh dari sepeda motor. Meski tak disertai tindak kekerasan, teror tersebut tak ayal membuat korban ketakutan. Selain dialami Wulan, sejumlah orang tak dikenal juga mengambil gambar rumah jurnalis TVRI, Yon Setyo, yang juga ikut penggerebekan.
AJI Kediri tengah berkoordinasi dengan beberapa pihak di Ngawi untuk meminta Polda Jawa Timur turun tangan menyelidiki kasus itu demi menjaga independensi. "Bukannya mencurigai polisi Ngawi, tapi mengantisipasi kalau ada oknum yang terlibat," kata Agus. (Baca juga: Bupati Lembata Diduga Utus Preman Ancam Wartawan)
Dia juga meminta media tempat korban bekerja berkoordinasi dengan polisi untuk memberikan jaminan keselamatan kontributornya di lapangan. Sebab apa yang mereka lakukan adalah demi kepentingan perusahaan media pula. Apalagi hingga kini perlindungan perusahaan kepada kontributor masih sangat memprihatinkan.
Jurnalis Metro TV Biro Jawa Timur, Rangga Umara, meyakini teror yang dihadapi Wulan berkaitan dengan pemberitaan penggerebekan sapi gelonggongan. Sebab, kata dia, teror tersebut muncul setelah berita itu ditayangkan. "Yang bersangkutan sudah tiga kali diteror," katanya.
Menurutnya, teror ketiga yang menimpa Wulan sudah mengarah untuk mencelakai. Saat itu, kata dia, sebuah mobil membuntuti Wulan yang tengah naik sepeda motor. Karena khawatir, Wulan sempat belok ke markas kepolisian sektor.
Namun saat melanjutkan perjalanan, mobil itu muncul lagi di belakangnya. Dengan kecepatan tinggi mobil tersebut berusaha menabrak Wulan. Namun korban berhasil menghindar dan terjatuh dari sepeda motor. Setelah itu peneror tersebut kabur.
Metro TV perwakilan Jawa Timur, kata Rangga, meminta Wulan membuat kronologi kejadian itu dan melaporkan secara resmi ke polisi. "Saya juga meminta dia menjauhi isu itu sementara ini dan tidak pulang setelah magrib. Kami juga meminta ia selalu memberi tahu posisinya kepada keluarga," ujar Rangga. (Baca juga: Pemilik Media Harus Jamin Keselamatan Wartawan)
HARI TRI WASONO