TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Fraksi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, mengaku sedih dengan adanya kader Partai Demokrat yang suka "menjual" Demokrat menjadi pendukung Prabowo Subianto dalam Koalisi Merah Putih. Pernyataan itu ditujukan Ruhut kepada Ketua Fraksi Demokrat Nurhayati Ali Assegaf dan Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Max Sopacua.
Ruhut meminta Nurhayati dan Max Sopacua mundur. "Mereka sudah merusak nama baik SBY, tidak hanya dalam negeri tapi juga luar negeri," kata Ruhut di gedung DPR, Selasa, 30 September 2014. (Baca: Perpu Pilkada, Ruhut: Bukan Pencitraan SBY)
Nurhayati mengaku sebagai inisiator walk-out dalam Rapat Paripurna DPR yang mengesahkan RUU Pilkada pada Jumat dinihari, 26 September 2014. Nurhayati mengklaim tidak menjalin komunikasi dengan SBY selaku Ketua Umum Partai Demokrat selama sidang berlangsung. "Apa gunanya saya dijadikan pimpinan fraksi kalau tidak berani mengambil keputusan?" ujar Nurhayati. (Baca: Nurhayati: Walk-Out Demokrat Inisiatif Saya)
Adapun Max Sopacua, menurut Ruhut, mengaku telah mendapatkan persetujuan walk out dari SBY melalui pesan pendek. "Aku tanya, betul kalian sudah minta izin ke SBY? Katanya ada SMS dari SBY (meminta Demokrat walk-out). Saya mau bilang apa?" ujar Ruhut. (Baca juga: Sanksi ke Nurhayati, Demokrat Tunggu SBY)
Di kantor DPP Demokrat pada Senin, 29 September 2014, Max menolak mengomentari tudingan Ruhut ihwal pesan pendek dari SBY. "Ruhut didengar," ucap Max singkat.
Keputusan walk-out Demokrat itu langsung mengubah peta suara di DPR dalam pengambilan keputusan RUU Pilkada. Dengan keluarnya Demokrat, yang memiliki 148 kursi, Koalisi Merah Putih yang mendukung pilkada lewat DPRD unggul atas koalisi partai pendukung pilkada langsung.
RIDHO JUN PRASETYO
Topik terhangat:
Koalisi Jokowi-JK | Kabinet Jokowi | Pilkada oleh DPRD
Berita terpopuler lainnya:
Tak Penuhi Kuorum, UU Pilkada Tak Sah
Saran Yusril ke Jokowi Dianggap Jebakan Batman
Yusril Beri 'Pencerahan' ke SBY dan Jokowi Soal UU Pilkada