Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perdagangan Satwa Langka Lewat Online Marak

Editor

Raihul Fadjri

image-gnews
Marlena, bayi Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) berusia 22 hari bersama  Induknya, Miko yang berusia 6 tahun 8 bulan di kandang sosialisasi Javan Langur Centre (JLC), Coban Talun, Batu, Jawa timur, Selasa (22/4). TEMPO/Aris Novia Hidayat
Marlena, bayi Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) berusia 22 hari bersama Induknya, Miko yang berusia 6 tahun 8 bulan di kandang sosialisasi Javan Langur Centre (JLC), Coban Talun, Batu, Jawa timur, Selasa (22/4). TEMPO/Aris Novia Hidayat
Iklan

TEMPO.COYogyakarta - Aktivis Protection of Forest and Fauna (Profauna) menyatakan keprihatinan atas perdagangan satwa langka di dunia maya. “Pedagang satwa langka kini lebih waspada dalam menjalankan aktivitasnya. Mereka berjualan lewat online,” kata juru kampanye Profauna Swasti Prawidya Mukti di sela kampanye pelestarian lutung Jawa di Jalan Malioboro, Yogyakarta, Jumat, 19 September 2014.

Perdagangan satwa langka secara online marak sejak 2012. Pedagang menilai cara ini lebih aman dan sulit terendus petugas. “Mereka banyak menggunakan Facebook untuk menawarkan satwa liar,” ujarnya. Media sosial dinilai lebih bebas dan mudah untuk membagi informasi satwa yang diperdagangkan.

Adapun situs jual-beli online, semisal Kaskus dan OLX (dulu Tokobagus.com), kata dia, telah berkomitmen tidak memasang iklan penjualan satwa langka. “Kami sudah bekerja sama dengan mereka,” katanya. “Di Tokobagus adminnya langsung menyeleksi.”

Swasti mengatakan Profauna pernah terlibat mengungkap perdagangan satwa liar lewat media sosial di Jember, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Berbekal informasi penjualan lutung Jawa yang terpampang di media sosial, seorang relawan Profauna bertemu dengan pedagang. Nyatanya, tak hanya lutung Jawa yang diperdagangkan. Pedagang itu juga menjual satwa langka lain yang nyaris punah. “Rupanya ini memang pedagang besar,” ujar Swasti.

Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) merupakan satwa asli Jawa yang terancam punah. Binatang ini diperkirakan masih ada di sekitar gunung dan sejumlah taman nasional di Jawa. Misalnya Bromo-Tengger-Semeru dan Alas Purwo di Jawa Timur, Merapi Merbabu di Jawa Tengah dan Yogyakarta, serta Gunung Ciremai di Jawa Barat. “Mereka diburu untuk bersenang-senang,” katanya.

Di pasaran harga bayi lutung Jawa bisa lebih mahal dibandingkan yang dewasa. Adapun lutung Jawa dewasa biasa dihargai Rp 500 ribu per ekor, sementara bayinya bisa terjual dengan harga Rp 1,5 juta per ekor. “Kalau sudah besar, lutung Jawa lebih sulit dijinakkan,” dia menjelaskan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Koordinator Polisi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta Sulistyo Widodo mengatakan, di sekitar Gunung Merapi, lutung Jawa biasa ditemui di Blok Songgobumi, Musuk, Boyolali, Jawa Tengah. Tahun ini BKSDA Yogyakarta menyita dua ekor lutung Jawa dari masyarakat. “Pada Juli kami menyita satu ekor dari daerah Kaliurang,” katanya. Kini kedua satwa sitaan itu dititipkan di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.

ANANG ZAKARIA

Topik terhangat:
Koalisi Jokowi-JK | Pilkada oleh DPRD | Jero Wacik | IIMS 2014

Berita terpopuler lainnya:
Jokowi Kaget Biaya Perjalanan Pemerintah Rp 30 T
5 Hal Berubah jika Skotlandia Lepas dari Inggris
Arkeolog Meragukan Usia Koin Gunung Padang
Beli Honda HR-V, Berapa Harganya?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cerita dari Kampung Arab Kini

3 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

7 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

43 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

48 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

51 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Mengenal Dingiso, Kanguru Mirip Beruang yang Dianggap Sakral di Papua

17 Januari 2024

Dingiso. Situs KLHK
Mengenal Dingiso, Kanguru Mirip Beruang yang Dianggap Sakral di Papua

Di Papua ada kanguru yang bentuknya mirip beruang. Alih-alih suka melompat seperti kanguru darat, dingiso lebih banyak habiskan waktu di pohon.


10 Fakta Kanguru Pohon, Satwa Langka dari Papua yang Tidak Suka Melompat

17 Januari 2024

Seekor Kanguru pohon meraih bunga yang telah dirangkai menjadi menarik untuk dijadikan makanannya dalam sesi makan bertemakan Natal di kebun binatang Sydney Taronga di Australia, 9 Desember 2014. REUTERS
10 Fakta Kanguru Pohon, Satwa Langka dari Papua yang Tidak Suka Melompat

Tidak semua kanguru suka melompat. Di Papua ada kanguru pandai memanjat yang hidup di pohon.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.