TEMPO.CO, Yogyakarta - Puluhan ribu pelajar tingkat sekolah menengah pertama dan menengah atas/kejuruan di Kabupaten Kidul sampai pertengahan September 2014 belum menerima buku pegangan kurikulum 2013. “Kami dijanjikan lagi pihak percetakan paling lambat akhir September ini semua buku tingkat SMP dan SMA terkirim semua,” kata Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Gunungkidul Bahron Rosyid kepadaTempo, Sabtu, 13 September 2014.
Menurut Bahron, percetakan asal Semarang dan Jakarta yang mestinya mendistribusikan buku ke wilayahnya sudah tiga kali berjanji saat ditanya ihwal kepastian distribusi buku-buku tersebut. Awalnya pihak percetakan pemenang tender Kementerian Pendidikan itu menjanjikan pertengahan Agustus, lalu mundur akhir Agustus, kemudian awal September, dan terakhir mundur lagi akhir September. (Baca: Serikat Guru: Jokowi Jangan Pilih Nuh Jadi Menteri).
“Alasan mereka, stok buku yang sudah dicetak habis, jadi harus menunggu cetak lagi untuk jatah kami,” katanya. Menurut informasi yang diterima Bahron, percetakan tersebut kesulitan biaya untuk membeli kertas dari perusahaan kertas karena harga kertas di pasaran kini melambung. “Kabarnya, Kementerian juga sudah membantu percetakan yang kesulitan biaya itu melalui kemudahan pinjaman kredit di perbankan untuk mempercepat distribusi,” kata Bahron.
Ia mengaku tak tahu kondisi persis penyebab sengkarut buku kurikulum 2013 itu. Bahron juga tak menemukan adanya laporan bahwa buku yang belum diterima siswa tersebut sudah beredar bebas di pasaran. (Baca: Kota Makassar Belum Terima Buku Kurikulum 2013).
Staf Bidang Penilaian dan Pengawasan Kurikulum SMP Negeri 1 Wonosari Gunungkidul, Sulistyana, sangat menyesalkan molornya distribusi buku-buku itu. Namun ia tak bisa berbuat banyak.
Sulistyana, yang juga guru pengampu mata pelajaran matematika, menuturkan, dari lima bab semester satu yang harusnya diajarkan, sudah dua bab materi dari soft file buku kurikulum itu digandakan sendiri. Sebab, untuk menggandakan semua materi, biayanya terlewat mahal dan sekolah tak ada dana. (Baca: Daerah Kecewa Distribusi Buku Kurikulum 2013 Molor).
"Untuk fotokopi, kadang dana dari kas sekolah, kadang kantong sendiri,” katanya. Untuk penggandaan materi buku itu dengan fotokopi, dua siswa mendapat satu bab materi.
Selama 20 tahun berprofesi menjadi guru SMP, Sulistyana mengaku baru kali ini merasa kegiatan belajar-mengajar terganggu akibat distribusi buku yang amburadul.
PRIBADI WICAKSONO
TERPOPULER
Surya Paloh Temui Petinggi Partai Komunis Cina
Wanita Ini Teror Tetangga Demi Rumah Impian
5 Senyawa yang Baik untuk Kesehatan Mata
Kapolri Tahu Misteri Penyebab Hilangnya MH370