TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi politik yang juga Direktur Eksekutif Global Future Institute, Hendrajit, menduga penetapan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik sebagai tersangka adalah upaya penutupan kasus yang lebih besar. Hendra menuturkan duit suap yang hanya Rp 9,9 miliar dianggap angka kecil untuk kasus korupsi di bidang migas. (Baca: Marzuki Alie: Kalau Terjadi, Jero Wacik Khilaf)
"Jero dikorbankan untuk menutupi orang-orang yang lebih besar," kata Hendra ketika ditemui dalam dialog Polemik Sindo bertajuk "Korupsi di Pusaran Migas", Sabtu, 6 September 2014. Dia mengatakan duit suap itu hanya merupakan upah operasional yang dilakukan oleh Jero dalam mengatur anggaran. (Baca: Jero Wacik Dongkrak Citra Pakai Uang Korupsi)
Karena itulah, Hendra menantang pemerintahan presiden terpilih Joko Widodo menghilangkan mafia migas dan kebocoran pada sektor ini. "Rajin bekerja saja tak menyelesaikan masalah, perlu keberanian," kata Hendra. (Baca: Jero Wacik Kecil yang Penyakitan)
Jokowi, ujar dia, harus mampu membasmi orang-orang yang merupakan perpanjangan kekuatan asing untuk menguasai migas di dalam negeri. Orang-orang ini biasanya bekerja menyusun skema penguasaan migas dan ada yang bertugas menjadi mesin operator. Jero termasuk sebagai operator mesin. (Baca juga: Jero Wacik Sudah Siapkan Surat Mundur)
Kedua, kata Hendra, menghancurkan mesin bukan hanya dengan membubarkan Pertamina Trading atau Petral. Jokowi harus mampu menghapuskan skema cara kapitalis asing. "Setelah berhasil menghilangkan, Jokowi harus menyusun sistem yang baru dan menempatkan orang-orang yang tepat," kata Hendra. Namun dia mengakui hal ini tak mudah dilakukan.
SUNDARI
Berita Terpopuler
8 Kontroversi Gubernur Riau yang Jadi Sorotan
SBY Tegur Tim Transisi Jokowi-JK
Demi Wartawan, Jokowi Stop Bus Rombongan Presiden
SBY: Saya dan Jokowi Tak Saling Menyalahkan
Anas: Saya Orang Kampung, Suka Tunai