TEMPO.CO, Sumenep - Para petani Desa Ganding Timur, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tak segera menggarap lahannya setelah musim tanam tembakau berakhir. Mereka membiarkan lahannya karena kesulitan pasokan air. "Habis tembakau biasanya langsung tanam jagung atau kacang," kata Sariyah, petani di Desa Ganding Timur, Selasa, 2 September 2014.
Menurut Sari, sebenarnya air untuk mengairi sawah bisa dipasok dari sungai. Namun, dia terkendala biaya sewa genset yang sangat mahal. "Biayanya Rp 25 ribu per jam, duit dari mana?" ujar dia. (Baca: Kekeringan, Stok Beras NTT Hanya Cukup 4 Bulan)
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumenep Koesman Hadi mengatakan kekeringan yang melanda sejumlah wilayah di Sumenep merupakan salah satu dampak fenomena El Nino. "Jadi masyarakat harus menghemat penggunaan air," katanya.
Penghematan air penting karena prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan bahwa akibat fenomena El Nino, musim kemarau tahun ini akan berlangsung hingga Desember 2014. "Selain kekeringan, El Nino juga memicu rawan kebakaran hingga ancaman kekurangan pangan," ujarnya.
Kementerian Dalam Negeri, Koesman melanjutkan, telah menginstruksikan kepada pemerintah daerah agar mensosialisasikan fenomena El Nino dan dampaknya kepada masyarakat. Dengan begitu, mereka bisa mengantisipasi sejak dini.
MUSTHOFA BISRI
Terpopuler
3 Skandal Asusila Gubernur Riau yang Bikin Heboh
Isi Pertemuan Jokowi dengan Hatta Rajasa
Mengapa SBY Mustahil Jadi Sekjen PBB
Apa Tanggapan Sultan Yogya Soal Florence?