TEMPO.CO, Malang - Memperingati sedekah bumi, Klenteng Eng An Kiong membagikan sebanyak 12 ribu paket sembako, Ahad, 10 Agustus 2014. Paket sembako terdiri dari beras 3,5 kilogram dan sebungkus mi instan. Ribuan orang mengantre berjam-jam untuk mendapatkan paket sembako.
"Disiapkan beras 50 ton, meningkat dibanding tahun lalu 35 ton," kata Ketua I Yayasan Tri Dharma Eng An Kiong, Subandi. Total tersalurkan sebanyak 10 ribu paket sembako, sehingga tersisa sebanyak 2.000 paket. Sembako tersebut merupakan sumbangan dari umat yang beribadah di Klenteng Eng An Kiong.
Pembagian sembako gratis rutin diselenggarakan setiap tahun. Sebelum pembagian sembako diawali dengan ritual sembahyang mendoakan arwah leluhur, serta diawali dengan "sembahyang rebutan" atau King Hoo Ping yang diselenggarakan di kelenteng yang berdiri sejak 1825 itu. Disebut sembahyang rebutan karena saat itu pintu surga dan neraka dibuka.
Dengan demikian, saat itu merupakan waktu yang tepat bagi arwah leluhur turun ke dunia. Juga, menjadi waktu yang tepat untuk umat Khonghucu mendoakan arwah keluarga. Awalnya, sembako diberikan secara terbatas untuk umat Khonghucu, Buddha Mahayana, dan Tao. Namun kini tak terbatas dari latar belakang agama tertentu.
Ribuan warga miskin datang menerima paket sembako saat sedekah bumi. Mereka tak diundang, tapi secara sadar hadir di kelenteng saat sedekah bumi atau pembagian sembako. Ribuan warga antre dan berdesakan untuk mendapatkan paket sembako. Mereka bahkan berimpitan. Beruntung, sejumlah petugas kepolisian sigap mengatur warga.
Anas, warga Kotalama, Kota Malang, datang bersama suami dan anaknya. Total ia menerima tiga paket sembako. Setiap tahun, ia rutin mengantre untuk mendapatkan paket sembako. "Lumayan untuk kebutuhan hidup," katanya.
EKO WIDIANTO
Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi
Berita terpopuler lainnya:
Jokowi Angkat Hendropriyono sebagai Penasihat
Ini Penyebab Muncul Fenomena Jilboobs
Ical Tak Akan Maju Lagi Jadi Ketum Golkar