TEMPO.CO, Lamongan - Eks kombatan Afganistan dan Moro, Ali Fauzi, 44 tahun, prihatin dengan kemunculan gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (Islamic State of Iraq and Syria/ ISIS). Kemunculan organisasi ini justru memunculkan adu domba sesama umat Islam. “Saya prihatin,” katanya kepada Tempo, Senin, 4 Agustus 2014.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Islam di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, ini mengatakan kemunculan organisasi itu membuat sesama organisasi berbasis Islam saling tuding. Al-Qaeda, misalnya, menyebut ISIS sebagai kelompok Khawarij, kelompok yang menghukum ahli Islam. Sedangkan kubu ISIS menuding Al-Qaeda tidak konsisten dengan jihad. “Jadi, ini seperti memecah-belah.” (Baca pula: ISIS Hancurkan Makam Nabi Yunus, Ini Alasannya)
Menurut dia, masalah di Irak merupakan konflik internal. Sosok yang dibanggakan, yaitu Saddam Husein, dianggap menentang Amerika. Namun kemudian Amerika muncul dan mencampuri urusan negara itu. Dampaknya, muncul organisasi-organisasi yang melakukan perlawanan terhadap Amerika. “Kita harus kritis.” Karena itu, dia berharap munculnya sejumlah narapidana terorisme di Lembaga Pemasyarakatan Batu, Nusakambangan, yang memproklamasikan diri sebagai anggota ISIS tidak memecah-belah umat Islam.
Seperti diketahui, pengikut ISIS telah menyebar hingga ke Lembaga Pemasyarakatan Pasir Putih, Nusa Kambangan, Jawa Tengah. Menurut Kepala Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Jawa Tengah, Hermawan Yunianto, dari 43 narapidana kasus terorisme, 24 di antaranya menjadi pendukung ISIS. Termasuk terpidana kasus terorisme yang dihukum 15 tahun penjara, Abu Bakar Ba'asyir. "Setelah didesak oleh napi lainnya," kata Hermawan saat dihubungi Tempo, Senin, 4 Agustus 2014.
SUJATMIKO
Terpopuler
Bagaimana ISIS Masuk Indonesia?
Komedian Mamiek Meninggal
Jokowi Bantah Tudingan Preteli Koalisi Pro-Prabowo
Jokowi Hadiri Syukuran Bareng Artis Salam Dua Jari