TEMPO.CO, Jakarta - Penangkapan personel polisi dan TNI yang memeras tenaga kerja Indonesia (TKI) pada Jumat, 25 Juli 2014, membuka mata masyarakat tentang bobroknya pelayanan di Bandara Soekarno-Hatta. Aparat polisi dan TNI itu ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena diduga melakukan pemerasan terhadap para TKI yang baru tiba. Berbagai modus dilakukan demi mengeruk uang dari hasil kerja keras para perantau tersebut. (Baca: Pemeras TKI Bertugas di Ditlantas dan Pomdam Jaya)
Tempo pernah menelusuri proses kedatangan para TKI sejak turun dari pesawat hingga akhirnya bisa bertemu dengan sanak keluarganya. Dalam laporan yang dilansir Majalah Tempo pada November 2004, para TKI itu diperas oleh petugas dengan berbagai cara. Namun sisi lain yang cukup menarik adalah penampilan TKI di Timur Tengah dengan TKI di Asia Timur seperti Hong Kong dan Taiwan. (Baca: Kisah Mutmainah, Korban Pemerasan di Soekarno-Hatta)
Dari sisi gaya busana, TKI yang mencari nafkah di Timur Tengah cenderung lebih tertutup dalam hal berpakaian. Mereka menggunakan baju yang menutup seluruh bagian tubuhnya. Mereka menutup rapat badannya menggunakan jilbab dan jubah. (Baca: Modus Pemerasan TKI di Soekarno-Hatta)
Pemandangan berbeda terlihat dari TKI yang bekerja di Hong Kong atau Taiwan. Pekerja yang sebagian besar adalah kaum hawa itu tidak segan-segan untuk berpakaian seksi dan terbuka. Mereka juga tidak ragu untuk memamerkan lekuk tubuhnya.
Hanya saja, kedua TKI itu tetap sama-sama gemar memamerkan harta yang berhasil mereka peroleh dari hasil kerja kerasnya di negeri orang. Telepon genggam yang digantung di leher seolah menjadi penampilan yang harus dipenuhi untuk tampil gaya. Bahkan, beberapa di antara TKI itu melengkapi penampilan dengan cincin berlapis emas di jemarinya.
Salah satunya dilakukan oleh Maria Maftuh, TKI paruh baya asal Cianjur, Jawa Barat. Dia bercerita pernah diperas hingga Rp 7 juta pada 2001 oleh petugas angkutan yang mengantarnya. Namun dia seperti tidak kapok dan tetap memamerkan hartanya tersebut.
Meski begitu, nasib TKI dari dua kawasan itu akan tetap sama pada akhirnya, yakni diperas oleh petugas bandara maupun aparat polisi dan TNI. Dandanan serba modis atau yang cuma ala kadarnya tidak menolong mereka dari pungutan tersebut. Mereka ‘ditodong’ untuk mengeluarkan uang dengan dalih penukaran mata uang, tarif wajib kendaraan pulang, jasa portir, hingga pulsa untuk menelepon.
TOMI | DIMAS SIREGAR
Topik terhangat:
Arus Mudik 2014 | MH17 | Pemilu 2014 | Ramadan 2014 | Tragedi JIS
Berita terpopuler lainnya:
KPK Sidak ke Soekarno-Hatta, 14 Orang Digelandang
Yohanes Surya Jadi Menteri, 'Apa Saya Mampu?'
Diusulkan Jadi Calon Menkominfo, Ini Kata Nezar Patria