TEMPO.CO, Banyuwangi - Kapal penyeberangan jenis landing craft tank (LCT), Pancar Indah, yang karam di Selat Bali pada Rabu malam lalu belum dievakuasi ke pinggir pantai, Jumat, 4 Juli 2014.
Kepala Syahbandar Pelabuhan Gilimanuk, Bali, Nyoman Delon mengatakan tim gabungan akan mendatangkan alat berat (crane) berkapasitas 85 ton. "Fungsinya untuk memindahkan isi muatan yang terdiri atas tronton dan truk," ujar Nyoman saat dihubungi Tempo, Jumat, 4 Juli 2014.
Menurut Nyoman, 16 kendaraan yang ada di dalam kapal itu harus dikeluarkan lebih dulu agar kapal bisa mengapung kembali dan bisa ditarik ke tepi pantai. Sejauh ini lalu lintas laut di sekitar lokasi tidak terganggu.
Sementara itu, anggota penyelidik karamnya kapal, Dhimas Ardiyanto, menuturkan pemeriksaan terhadap enak anak buah kapal (ABK) belum selesai dan akan dilanjutkan pada Sabtu, 5 Juli 2014. "Para ABK itu sedang kelelahan karena belum tidur dua hari," kata Dhimas.
Para ABK yang diperiksa di antaranya nakhoda kapal bernama Rendra Budi Wijaya, mualim atau penanggung jawab muatan 1, mualim 2, masinis atau penanggung jawab mesin 1, dan masinis 2. Satu saksi lagi adalah sopir truk.
Baca Juga:
Dalam pemeriksaan awal, Rendra Budi Wijaya mengujarkan kapal yang dikemudikannya tiba-tiba karam saat bermanuver ketika akan masuk ke dermaga Pelabuhan Gilimanuk. Saat itu angin cukup kencang dan arus laut menguat.
Sopir truk yang dimintai keterangan menuturkan tidak ada kejanggalan di dalam kapal sejak kapal itu berangkat dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur. "Tapi kami perlu mendalami lagi keterangannya dalam pemeriksaan berikutnya," kata Dhimas.
Kapal Pancar Indah milik PT Pelayaran Makmur Bersama itu berangkat dari Pelabuhan Ketapang pada Rabu, 2 Juli 2014, pukul 21.00 WIB. Namun, saat mendekati Pelabuhan Gilimanuk pada pukul 21.40 WIB, kapal tiba-tiba karam.
Sebanyak 26 sopir dan kernet truk yang menumpang kapal lebih dulu dievakuasi pada Kamis dinihari, 3 Juli 2014.
IKA NINGTYAS