TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mengingatkan potensi kekeringan parah akibat fenomena El Nino tahun ini. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono memperkirakan dampak El Nino akan mengganggu lahan pertanian dan memicu kebakaran hutan.
"Puncaknya ada di bulan Agustus atau September," ujar Agung di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, 23 Juni 2014.
Fenomena El Nino ditandai dengan meningkatnya suhu muka laut di sekitar Pasifik Tengah dan Timur sepanjang ekuator. Hal ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia. Beberapa wilayah Indonesia mengalami penurunan curah hujan. Di darat, berkurangnya hujan menimbulkan kekeringan dan meningkatkan potensi kebakaran hutan. (Baca: El Nino Memicu Kebakaran Lahan Gambut)
Pantauan satelit NOAA18 pada 22 Juni 2014 memperlihatkan 120 sebaran titik panas di sejumlah provinsi. Yang terbanyak ada di Riau dengan 60 titik. Disusul oleh Sumatera Utara 24 titik, Aceh 23 titik, Jambi lima titik, Sumatera Barat tiga titik, dan Kalimantan Barat dua titik. Adapun Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Utara masing-masing satu titik.
Untuk mengantisipasi dampak kebakaran hutan, kata Agung, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi, seperti penyemaian awan hujan dan pesawat pemadam api. Peralatan itu juga difungsikan untuk menghadapi musibah yang disebabkan ulah pengusaha nakal yang membuka lahan dengan cara membakar. "Umumnya oleh pengusaha sawit," kata Agung. (Baca: Kelangkaan Pupuk dan El Nino Ancam Produksi Padi)
RIKY FERDIANTO
Terpopuler
Transkrip Palsu Tersebar, Megawati Lapor ke Polisi
Desain Uang NKRI Redenominasi Beredar, Ini Kata BI
Dukung Jokowi, Ruhut Janji Tak Pindah Partai