TEMPO.CO, Cirebon - Warga mengeluhkan bau tak sedap dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopiluhur. Padahal jarak TPA Kopiluhur dengan permukiman warga cukup jauh. Ida Ayu, warga RW 17 Kalijaga Permai, Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon, mengungkapkan hal ini pada Ahad, 15 Juni 2014.
"Menjelang Subuh, bau tak sedap sudah mulai tercium," katanya. Tidak hanya pada pagi, pada malam hari pun bau busuk dari tumpukan sampah di kawasan TPA Kopiluhur yang berjarak lima-enam kilometer dari permukiman warga tersebut pun kembali tercium.
Akibat bau busuk tersebut, Ida mengaku dia sekeluarga merasa tidak enak makan."Ibu saya sampai harus membeli pewangi ruangan yang diletakkan di kipas angin," katanya. Pewangi ruangan itu pun sering diganti karena baru beberapa hari digunakan wanginya sudah kalah oleh bau busuk dari tumpukan sampah.
Hal senada diungkapkan Rustandi, warga RW 14 Kalijaga Permai. "Bau tak sedap itu sudah tercium sejak beberapa bulan lalu," katanya. Semakin hari, bau ini semakin menyengat. Rustandi mengaku keluarganya cukup terganggu oleh sengaknya bau tumpukan sampah tersebut. "Apalagi kalau tercium saat kami sekeluarga mau makan, kami semua jadi tidak enak makan," tuturnya.
Rustandi berharap ada tindakan yang segera dilakukan oleh Pemerintah Kota Cirebon untuk mengatasi bau tak sedap tersebut. "Harus ada pengelolaan sampah yang baik di TPA Kopiluhur. Jadi tidak mengganggu masyarakat," katanya.
Adapun Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cirebon Sumanto mengakui bau tidak sedap yang ditimbulkan dari sampah yang menumpuk di TPA Kopiluhur merupakan masalah yang sudah ada sejak dulu. Sayang, upaya untuk mengatasi bau busuk ini terganjal minimnya anggaran.
Dijelaskan Sumanto, masalah bau tidak sedap sebenarnya bisa diselesaikan dengan sistem sanitary landfill. Yaitu teknik pengelolaan sampah dengan cara dimusnahkan di dalam tanah sehingga tidak menyebar dan mengotori lingkungan. "Namun sistem ini butuh anggaran yang besar, terutama untuk pengadaan tanah," katanya.
Untuk mengatasi bau tersebut, menurut Sumanto, pihaknya sudah berupaya menanam pohon di sekitar TPA Kopiluhur. Dengan penanaman pohon itu, pihaknya berharap kelak TPA Kopiluhur bisa menjadi TPA terbuka hijau. "Sekitar 350 pohon sudah kami tanam di sekitar TPA Kopiluhur," katanya. Seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan pohon-pohon tersebut, menurut Sumanto, diharapkan bisa mengurangi bau tidak sedap yang muncul dari tumpukan sampah.
IVANSYAH
Baca juga:
Bima Arya Resah Sampah Luar Masuk Kota Bogor
Sampah di Sungai Brantas Ancam Pembangkit Listrik
Sampah Menumpuk, Tangsel Gagal Raih Adipura
Berita utama:
Penumpang Garuda Indonesia Meninggal di Udara
Kelompok Beratribut JAT Pukuli Slanker Solo
Nunun Nurbaetie Bebas dari Penjara