TEMPO.CO, Jakarta - Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Narkotik dan Kejahatan (United Nations Office on Drugs and Crime) melaporkan Asia menjadi pasar terbesar untuk narkotik jenis amphetamine-type stimulants (ATS) alias sabu. Laporan UNODC itu berlandaskan temuan jumlah sabu yang disita di kawasan Asia lebih tinggi dibanding di benua lain.
"Laporan ini mengungkap bahwa pasokan sabu terus berkembang pesat di Asia," demikian keterangan resmi UNODC yang diterima Tempo, Selasa, 20 Mei 2014. Menurut UNODC, jumlah penyitaan sabu di Asia Timur, Asia Tenggara, serta Amerika Utara mengalami kenaikan dibanding kawasan lain. (baca: Bandar Narkoba Tak Lagi Berdagang di Diskotek)
UNODC juga memaparkan bahwa tren penyitaan sabu di dunia terus meningkat tiga kali lipat dalam lima tahun terakhir hingga mencapai 36 Metrik Ton (MT). Tiongkok menjadi negara penyumbang penyitaan sabu terbanyak atau mencapai 45 persen dari total penyitaan di Asia hingga 16 MT. (baca: Kapolda: Pengawasan Bandara Lemah, Narkoba Marak)
Thailand berada di peringkat kedua. Negara Gajah Putih ini mencatat rekor tertinggi dalam sejarah penyitaan. "Total sabu disita di Negara Gajah Putih ini mencapai 95 juta butir pil dan 1.6 MT dalam bentuk kristal," demikian keterangan UNODC.
Indonesia, menurut UNODC, berada di urutan ketiga. Total penyitaan sabu mencapai 2.1 MT. Ini mengindikasikan sindikat kriminal transnasional masih menjadikan Indonesia sebagai pasar yang menggiurkan dalam perdagang sabu, terutama jenis kristal. (baca: Gudang Sabu Rp 180 Miliar Digerebek Polisi)
SINGGIH SOARES
Terpopuler
Aburizal Terima Tawaran Menteri Utama dari Prabowo
Merchandise Beracun Piala Dunia Ada di Indonesia
Menit-menit Petinggi Artha Graha Hilang
20 Siswa SMA dengan Nilai Ujian Nasional Tertinggi