TEMPO.CO, Nganjuk - Makam aktivis buruh Marsinah di Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, kembali menjadi tempat peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day, Kamis, 1 Mei 2014. Sebanyak 150 aktivis buruh menuntut pemerintah menetapkan Marsinah sebagai pahlawan buruh nasional.
"Marsinah layak menjadi pahlawan buruh nasional!" teriak Ahmad Soim, Koordinator Wilayah KSBSI Jawa Timur, sambil membentangkan poster di Desa Nglundo. (Baca: SPN Jawa Tengah Dukung Marsinah Jadi Pahlawan Buruh)
Aksi jalan kaki yang mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian ini berakhir di makam Marsinah di kompleks pemakaman desa setempat. Di depan nisan Marsinah, mereka berdoa dan melakukan tabur bunga sebagai bentuk dukacita. Meski telah tewas beberapa tahun silam, kisah tragis yang dialami Marsinah dalam memperjuangkan nasib buruh terus mengilhami semangat perjuangan buruh saat ini.
Tak hanya mendoakan almarhum, para buruh juga kembali meminta pemerintah menuntaskan pengusutan kematian Marsinah yang hingga kini masih gelap. Mereka meyakini aktor utama di balik pembunuhan Marsinah masih bebas berkeliaran. "Sampai kapan pun para aktivis buruh di Indonesia akan terus menuntut penjelasan pemerintah atas tragedi kemanusiaan ini," ujarnya. (Baca: 20 tahun Kasus Marsinah Masih Gelap)
Marsinah adalah seorang buruh di pabrik jam PT Catur Putra Surya di Sidoarjo. Dia getol memperjuangkan nasib kawan-kawannya serta terlibat aktif dalam aksi mogok kerja dan unjuk rasa pada bulan Mei 1993. Dalam perjuangannya itu, dia diculik oleh pihak yang diduga aparat sebelum ditemukan tewas di hutan Dusun Jegong, Desa Wilangan, dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat.
Marsinah kemudian memperoleh penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun yang sama dan kasusnya menjadi catatan Organisasi Buruh Internasional (ILO).
HARI TRI WASONO
Berita Terpopuler
PT PAL Incar Proyek Rekayasa Umum
Rieke Diah Bantah Berambisi Jadi Menteri Tenaga Kerja
NasDem: Jokowi itu Produk Lokal