TEMPO.CO , Jakarta: Studi yang dilakukan para peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menunjukkan terumbu karang Indonesia masih banyak yang rusak. Pengamatan pada 1.135 stasiun menunjukkan ada 30,4 persen lokasi terumbu karang berada dalam kondisi rusak. Hanya 27 persen lokasi terumbu karang yang diamati dinyatakan dalam kondisi baik. Sementara kondisi terumbu karang yang sangat baik tak sampai enam persen. (Baca:Terumbu Karang di Laut Flores Hancur)
Luas area terumbu karang Indonesia mencapai 2,5 juta hektar atau sekitar 14 persen luas terumbu karang global. Para peneliti LIPI memulai studi mereka terhadap terumbu karang sejak 1993. Pada 1998, program rehabilitasi dan manajemen terumbu karang (COREMAP) dimulai. "Lokasi COREMAP ada di 15 kota dan kabupaten, itu mencakup 30 persen dari total tutupan terumbu karang Indonesia," kata Dr. Giyanto, peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi dalam diskusi di gedung LIPI, Jakarta, Kamis, 17 April 2014.
Di Indonesia bagian barat, studi dilakukan di delapan kota/kabupaten, yaitu Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Mentawai, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga dan Kota Batam. Sementara wilayah penelitian di Indonesia bagian tengah dan timur meliputi Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Kabupaten Selayar, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Sikka, Kabupaten Biak Numfor, dan Raja Ampat.
Meski luas wilayah yang rusak tergolong besar, Giyanto mengatakan ada tren perbaikan kondisi terumbu karang meningkat. Berdasarkan pengamatan selama tujuh tahun sejak 2004, kenaikan tutupan terumbu karang di Indonesia bagian barat mencapai empat persen per tahun. Sementara di Indonesia bagian timur, peningkatan tutupan terumbu karang mencapai tiga persen per tahun. "Penurunan tutupan terumbu karang ada di Biak Numfor akibat badai pada 2009 dan pemutihan karang karena kenaikan suhu pada 2010, kata Giyanto.
Suharsono, peneliti utama bidang terumbu karang di LIPI, mengatakan terumbu karang yang rusak akibat peristiwa alam umumnya bisa kembali seperti semula. Kemampuan terumbu karang Indonesia untuk memulihkan diri setelah dihantam bencana tergolong sangat baik. "Dalam waktu 7-8 tahun struktur terumbu karang bisa pulih kembali," katanya.
Keanekaragaman hayati dan arus laut di perairan Indonesia juga sangat pendukung perbaikan terumbu karang. Hal ini berbeda dengan Kepulauan Hawai atau Karibia. Suharsono mengatakan pada 1988 Gunung Api Banda meletus, memuntahkan lahar ke laut yang membunuh terumbu karang. Dalam waktu tujuh tahun sudah pulih, katanya, karena kondisi perairannya sangat mendukung.
Sementara kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh aktivitas manusia sulit diperbaiki. Aktivitas manusia yang merusak terumbu karang meliputi penggunaan bom ikan, pukat harimau, racun sianida, dan pencemara laut. "Terumbu karang di teluk Jakarta tak akan bisa pulih karena pencemaran di lokasi itu sangat parah," kata Suharsono.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA