TEMPO.CO, Kediri - Gubernur Jawa Timur Soekarwo menegaskan pemerintah tidak akan memperbaiki dan mengganti seluruh kerusakan rumah korban letusan Gunung Kelud karena keterbatasan biaya. Sikap ini menurut dia merupakan rekomendasi teknis dari Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang.
Soekarwo menuturkan jika hingga saat ini masih banyak rumah penduduk di lereng Gunung Kelud seperti Kecamatan Puncu dan Kepung di Kabupaten Kediri yang belum diperbaiki secara sempurna. Beberapa rumah bahkan hanya mendapat fasilitas perbaikan pada bagian tertentu saja. "Rumah yang besar hanya akan diperbaiki bangunan induknya saja," kata Soekarwo usai menghadiri pelantikan Walikota Kediri, Rabu 2 April 2014.
Hal ini, menurut dia, merupakan hasil masukan tim Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang yang menjadi konsultan rehabilitasi pemukiman penduduk di lereng Gunung Kelud. Selain memeratakan bantuan, langkah ini dianggap lebih adil dan fair bagi masyarakat miskin yang memiliki rumah kecil. Sehingga upaya perbaikan dan pemasangan genting secara penuh hanya dilakukan pada rumah-rumah berukuran kecil. Dia mengklaim telah merehabilitasi sebanyak 14.671 unit rumah yang menjadi korban letusan Gunung Kelud.
Selain perbaikan rumah, Soekarwo juga menyatakan telah melakukan berbagai upaya untuk membantu warga di lereng Kelud. Diantaranya, perbaikan infrastruktur pertanian, pemberian bantuan benih dan pupuk, hingga penundaan hutang bank serta penghapusan bunga pinjaman. Sebab selama ini masyarakat di sana yang sebagian besar berprofesi sebagai petani memiliki pinjaman bank sebagai modal pertanian. "Soal berapa keringanannya itu tergantung bank," katanya.
Lebih jauh Soekarwo juga meminta kepada Pemerintah Kabupaten Kediri untuk menahan diri tidak membuka kawasan Gunung Kelud menjadi tempat wisata terlebih dulu. Sebab hingga kini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi masih menetapkan status Waspada dengan jarak aman di luar dua kilometer dari puncak kawah.
Peringatan ini disampaikan Soekarwo menyusul membludaknya jumlah wisatawan yang menyerbu puncak Kelud pada liburan kemarin. Mereka berbondong-bondong menyusuri puncak Kelud untuk menyaksikan panorama Kelud usai letusan. Banyaknya pohon-pohon yang meranggas dengan hanya menyisakan ranting dan pasir di bawahnya menjadi pemandangan unik wisatawan. Hal ini jauh berbeda dengan pemandangan Kelud sebelum letusan yang tampak asri dan hijau.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kediri Edhi Purwanto menegaskan masih menjaga batas aman dalam radius dua kilometer dari puncak. Para wisatawan yang datang dipastikan tak bisa memasuki kawasan tersebut karena dijaga petugas Dinas Pariwisata dan Kepolisian. "Mereka hanya melihat-lihat pemandangan di lereng," kata Edhi.
Dia mengakui pada hari liburan kemarin jumlah wisatawan yang menyerbu Kelud cukup banyak. Tak hanya dari dalam negeri, wisawatan manca yang penasaran dengan wajah Kelud usai letusan turut memadati tempat itu. Hingga kini pemerintah belum membuka tempat wisata itu khususnya di kawasan puncak.
HARI TRI WASONO