TEMPO.CO, Yogyakarta - Erupsi Gunung Merapi Rabu lalu membuat Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X kembali mengingatkan penduduk yang ngotot menetap di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi di wilayah Kabupaten Sleman. “Warga yang tetap tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi tidak akan mendapatkan fasilitas dari pemerintah,” katanya, Jumat, 28 Maret 2014. Fasilitas itu berupa infrastruktur listrik dan air.
Menurut Sultan, ketiadaan fasilitas itu risiko sikap penduduk karena kawasan tersebut harus kosong dari hunian berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Hingga saat ini masih ada 656 kepala keluarga yang menolak relokasi. Mereka tinggal di tiga dusun di Desa Glagaharjo, yaitu Dusun Srunen, Kalitengah Lor, dan Kalitengah Kidul. “Kalau saya enggak berani (memberikan fasilitas), nanti melanggar undang-undang. Kalau ada keputusan presiden, ya, wani. Tapi Presiden sampai sekarang enggak berani, kok,” ujarnya.
Baca Juga:
Sultan pun tak bisa memaksa warga turun dan bersedia direlokasi. Dengan demikian, kata dia, warga tiga dusun itu harus siap turun tiap saat jika status Merapi meningkat. Sultan pernah mengusulkan solusi kepada presiden, yakni membangun konsep hidup harmonis (living harmony) antara warga di kawasan rawan bencana III dan lingkungan Merapi. Namun hingga kini belum ada keputusan. “Saya enggak mau mengeluarkan keputusan. Harus pusat,” kata Raja Keraton Yogyakarta ini.
Menurut Sultan, cara lain adalah merevisi peraturan itu. Misalnya, ada putusan dari presiden untuk mengganti Glagaharjo yang semula KRB III menjadi bukan KRB III. “Pemerintah berani tidak? Ya, ora wani. Kan bahaya (daerah itu). Kalau ada apa-apa yang disalahkan Presiden,” kata Sultan. Adapun Sultan sebagai gubernur juga tidak berani.
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) DIY Herry Zudianto juga tak berani mengambil konsekuensi. “PMI hanya bergerak saat kondisi darurat,” kata bekas Wali Kota Yogyakarta ini. Seperti yang terjadi saat Merapi mengeluarkan letusan kecil pada Kamis siang lalu. “Sukarelawan PMI di Pakem langsung bergerak evakuasi.”
Erupsi Gunung Merapi “kecil-kecilan” ini menyebabkan hujan abu vulkanis beberapa dusun di Kabupaten Sleman yang merupakan kawasan rawan bencana III juga tersapu hujan pasir, yakni Dusun Srunen, Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul di Glagaharjo, dan beberapa dusun di Kepuharjo dan Umbulharjo, Cangkringan. "Awalnya ada asap putih, lalu menjadi hitam, terus hujan pasir," kata Heri Suprapto, Kepala Desa Kepuharjo.
PITO AGUSTIN RUDIANA