TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Markas Besar Kepolisian RI, Ronny F. Sompie, membenarkan adanya korban tewas akibat perang antarsuku di Mimika, Papua. "Betul, bahwa jumlah korban meninggal dunia akibat konflik antarasuku sebanyak delapan orang," kata Ronny melalui pesan pendek, Rabu, 19 Maret 2014.
Menurut Ronny, dari delapan korban itu, lima orang berasal dari suku Moni dan tiga lainnya merupakan suku Dani. Adapun korban luka sudah lebih dari seratus orang dan tengah dirawat di rumah sakit DI Timika. Berdasarkan hasil penelusuran Mabes Polri, pertikaian ini dipicu perebutan tanah ulayat yang terdapat di Jayanti Trans Nabire-Mimika antara suku Dani dan Moni.
Pertikaian dua suku ini, kata Ronny, kini telah melibatkan beberapa suku lainnya. Sementara suku Moni mendapat bantuan dari suku Amungme, suku Dani dibantu suku Damal. Sayangnya, semua suku yang terlibat menganggap pertikaian adalah cara yang benar karena merupakan bagian dari tradisi.
Kepolisian Daerah Papua, kata Ronny, telah mengamankan lokasi kerusuhan. "Kami tentu tak mau terus-menerus terjadi perang suku. Sudah terlalu banyak orang yang meninggal dan cacat fisik." Selain membangun barikade batas, kepolisian, kata Ronny, terus mengupayakan tindakan persuasif.
Pertikaian antarsuku di Mimika ini terjadi sejak 29 Januari 2014. Kepolisian setempat sudah beberapa kali mempertemukan kedua kelompok di hadapan para tokoh agama, adat, dan pemerintahan.
Baca Juga:
Seusai mediasi, kedua kelompok telah berjanji untuk bersikap damai baik secara agama, adat, dan pemerintahan. Namun perjanjian damai ini sering dilanggar sehingga pertikaian masih terus terjadi.
IRA GUSLINA SUFA
Terpopuler
Komandan Polisi Tewas Ditembak di Mapolda Metro
Anwar Ibrahim Akui Pilot MH370 Kerabatnya
Kader Gerindra Gugat Jokowi ke Pengadilan Besok