TEMPO.CO, Madiun - Aktor Pong Harjatmo berencana mengangkat tragedi gerbong maut di Bondowoso, Jawa Timur, ke layar lebar. Film yang menceritakan tewasnya puluhan tahanan perang di gerbong kereta api pada 23 November 1947 itu akan digarap dalam waktu dekat.
“Kami masih mempersiapkannya dengan mengumpulkan data-data,” kata Pong di Madiun, Rabu, 19 Maret 2014.
Menurut dia, ada dua tim yang mengumpulkan data tentang peristiwa tersebut. Mereka bertugas menggali informasi dari anak maupun cucu pelaku sejarah di Bondowoso. Tim lainnya mencari referensi ke sejumlah lokasi, di antaranya museum di Malang dan Ambarawa. Selain itu, ada yang bertandang ke Kota Madiun untuk mengecek satu gerbong kereta api tua.
Penggalian data, Pong melanjutkan, dilakukan dengan teliti agar cerita dan kereta dalam film sesuai dengan realita pada masa lalu. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplain dari masyarakat yang mengetahui tragedi gerbong maut. “Menghindari kesalahan dalam film agar tidak dipisuhi wong (dimaki orang),” katanya.
Pong mengaku ingin mengangkat tragedi itu ke layar lebar untuk mengingatkan generasi muda tentang perjuangan para pahlawan. Juga didasari keinginan seorang pengurus Parsatuan Rakyat Desa (Parade) Nusantara untuk mengangkat sejarah daerah kelahirannya, yaitu Bondowoso.
Tragedi yang terjadi 67 tahun lalu itu adalah terbunuhnya 46 dari 100 pejuang kemerdekaan di dalam gerbong kereta api tanpa ventilasi udara. Mereka ditahan tentara Belanda dan hendak dipindahkan dari Bondowoso ke penjara Kaliosok, Surabaya. Kisah heroik selama perjalanan itulah yang akan ditampilkan dalam film.
Ketua Bidang Seni dan Budaya Parade Nusantara Pusat Lilis Sudartinigsih mengungkapkan, dalam perjalanan dari Bondowoso ke Surabaya, para pejuang berusaha keras untuk bisa bertahan hidup. Sebab, waktu tempuh perjalanan itu berhari-hari lantaran laju kereta api sengaja diperlambat. “Perjuangan hidup di gerbong maut itu yang akan dikupas dalam film,” ujar Lilis.
NOFIKA DIAN NUGROHO