TEMPO.CO , Jakarta:- Hampir dua pekan berlalu, motif bunuh diri bersama empat anggota keluarga asal Kota Pekalongan masih misterius. Hingga Senin, 10 Maret 2014, polisi belum bisa memastikan hal apa yang menyebabkan Anita Erfanti, 58 tahun, bersama dua anak dan satu cucunya harus mengakhiri hidup dengan menenggak larutan serbuk pembersih porselen (osasir).
"Penyelidikan tidak pernah dihentikan," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Pekalongan Kota, Ajun Komisaris Bambang Purnomo, saat dihubungi Tempo, Senin sore. Bambang mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil penelitian sampel muntahan Linawati, 36 tahun, dan Danny Ricardo, 11 tahun, dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Semarang.(baca:Kasus Bunuh Diri Bersama, Juragan Semen Diperiksa)
Linawati adalah anak kedua Anita. Sedangkan Danny adalah anak Linawati. Kamis malam dua pekan lalu, ibu dan anak itu menenggak air putih yang telah dicampur osasir di rumahnya di Perumahan Duta Bahagia, Kelurahan Kraton Lor, Kecamatan Pekalongan Utara. Keduanya tewas meski sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Kota Pekalongan.
Tidak lama berselang, Jumat dini hari dua pekan lalu, Anita dan anak ketiganya, Roy Rudito, 30 tahun, tewas di kamar Hotel Langensari, Kota Cirebon, Jawa Barat. Ibu dan anak itu menenggak teh manis yang juga dicampur osasir. Kekasih Roy, Sasha, 23 tahun, sempat kritis beberapa hari karena sempat meminum teh beracun itu meski hanya sedikit.
Sebelum bunuh diri bersama di tempat terpisah dan waktu yang berselisih sekitar tiga jam itu, keempat anggota keluarga itu sempat makan mala bersama di sebuah restoran di Kecamatan Ulujami, Kecamatan Pemalang. Sepulang makan malam Anita ke Cirebon untuk menemui anak pertamanya, Tomi, 38 tahun. Anita saat itu mengajak Roy dan Sasha.(baca: Ini Kronologi Bunuh Diri Bersama)
Setelah mendapat kabar ihwal kematian Linawati dan Danny, Anita baru menyeduh teh manis yang juga dicampur osasir. "Hasil penelitian dari Puslabfor mungkin bisa kami terima dalam pekan ini," kata Bambang. Ihwal pernyataan Tomi bahwa ibunya bunuh diri karena mendapat tekanan besar dari distributor semen, "tidak ada bukti kuat untuk dugaan itu," ujarnya.
Rabu malam pekan lalu, polisi telah memeriksa distributor semen yang dirahasiakan identitasnya itu. Namun, tidak ditemukan adanya indikasi teror atau ancaman akan menyeret Anita ke penjara jika tidak mampu melunasi utangnya. Informasi yang dihimpun Tempo, utang Anita kepada distributor semen itu tinggal sekitar Rp 400 juta.(baca:Pesan Bunuh Diri Bersama: Tuhan, Maafkan Saya...)
Sabtu pekan lalu, giliran polisi memeriksa Tomi. Tetapi hasilnya sama, tidak ada bukti yang kuat untuk menunjukkan adanya indikasi ancaman dari distributor semen itu. "Sementara ini kami belum ada rencana memeriksa saksi lagi. Tapi informasi sekecil apapun tetap akan kami dalami," kata Bambang.
DINDA LEO LISTY
Topik terhangat:
Ade Sara | Malaysia Airlines | Kasus Century | Jokowi | Anas Urbaningrum
Terpopuler
Curhat SBY: Koalisi Kadang Makan Hati
Terungkap, 'Penumpang Gelap' Malaysia Airlines
Polisi Belum Minta Keterangan Orang Tua Ade Sara