TEMPO.CO, Jakarta - Peredaran uang tunai selama pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden 2014 nanti diperkirakan bertambah hingga Rp 100 triliun, Senin, 24 Februari 2014. "Peredaran bertambah sejak persiapan pemilu legislatif hingga rampungnya pemilihan presiden," ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance, Ahmad Erani Yustika. Menurut Erani besarnya peredaran uang itu berasal dari pengeluaran kampanye calon wakil rakyat, kandidat presiden, dan kampanye partai politik, hingga kegiatan operasional Komisi Pemilihan Umum.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih. Menurutnya sebaran pertambahan peredaran uang saat pemilu tidak merata. Sejumlah sektor ekonomi yang terpengaruh, menurut dia, antara lain usaha makanan jadi, bahan pakaian, periklanan, percetakan, telekomunikasi, dan transportasi.
Bank Indonesia mencatat meroketnya peredaran uang selama pemilu merupakan gejala umum. Saat pemilu legislatif pada 9 April 2009, umpamanya, peredaran uang bertambah Rp 10 triliun hanya dalam dua pekan. Pada 18 Maret 2009, uang yang beredar di masyarakat dan bank masih Rp 226,27 triliun. Namun, berdasarkan data BI per 8 April 2009, jumlah uang beredar naik menjadi Rp 236,29 triliun. Meski peredaran uang bertambah, Erani memprediksi pelaksanaan pemilu hanya menambah 0,2-0,3 persen terhadap inflasi tahunan. Pada Pemilu 2009, ia mencatat inflasi tahunan hanya 2,78 persen, atau terendah sepanjang sejarah perekonomian Indonesia. Bahkan, ucapnya, jika dilihat per bulan saat digelarnya pemilu legislatif, Indonesia justru mengalami deflasi 0,31 persen.
TIM TEMPO
Terpopuler :
Mengapa Lukminto Sritex Garap Seragam Tentara?
Demi Foxconn, Jokowi Reklamasi Pantai Cilincing
Seragam Bikin Bos Sritex Lukminto Gaul dengan Jenderal
Ingin Mendunia, Pertamina Bangun Proyek Rp 4,08 T