TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro belum menanggapi pernyataan Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen, yang melarang KRI Usman Harun masuk ke perairan Negeri Singa. Purnomo malah membatalkan konferensi pers yang awalnya hendak dilaksanakan pada Rabu, 19 Februari 2014, pukul 10.30, di kantornya.
"Tak jadi hari ini. Menhan masih menunggu diplomasi dua Menteri Luar Negeri," kata Kepala Bidang Pemberitaan Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Kolonel Anton Iman Santosa, Rabu, 19 Februari 2014.
Baca Juga:
Anton menyatakan hingga kini Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa masih berdialog dengan Menteri Luar Negeri Singapura, K. Shanmugam. Keduanya diduga sedang membahas larangan pelayaran KRI Usman-Harun di perairan Singapura ataupun keikutsertaannya dalam latihan perang kedua negara.
"Menhan belum tahu akan berpendapat tentang apa. Nanti jika sudah ada koordinasi, kami akan segera menyampaikannya," kata Anton. (Baca juga: Bekas Dubes, Singapura Berlebihan).
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Singapura K. Shanmugam telah menyampaikan protes kepada Menteri Marty perihal penamaan KRI Usman Harun. Singapura mengklaim penamaan tersebut akan menyakiti hati keluarga korban pengeboman Macdonald House pada 1965.
Ketegangan ini berlanjut kala Singapura membatalkan pertemuan Kementerian Pertahanan kedua negara menjelang pelaksanaan Singapore Airshow 2014. Panglima TNI Jenderal Moeldoko pun akhirnya batal berangkat ke Singapura.
Adapun TNI Angkatan Laut memberi nama kapal jenis fregat buatan Inggris yang baru dibeli dengan gabungan nama dua anggota Komando Korps Operasi (kini Korps Marinir), yaitu Usman bin Haji Mohammad Ali dan Harun Said. Keduanya meninggal dalam eksekusi hukuman gantung di Singapura pada Oktober 1968 setelah sebelumnya tertangkap sebagai pelaku pengeboman di Macdonald House.
Di Indonesia, keduanya disambut sebagai pahlawan ketika jenazah mereka dibawa pulang. Jenazah Usman dan Harun dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Mereka dianggap sebagai prajurit yang tewas dalam tugas negara meski menyebabkan tiga orang tewas dan 33 orang mengalami luka. Adapun ketegangan Indonesia-Singapura soal peristiwa ini dianggap selesai ketika Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew menabur bunga di pusara Usman dan Harun pada 1973.
FRANSISCO ROSARIANS
Terpopuler:
Curhat Wali Kota Risma kepada Elite PDIP
PDIP: Ada yang Mengadu Domba dalam Kasus Risma
Kisah Ransel Hitam Buat Sutan Bhatoegana
Jika di Surabaya, Mega Suka Ditraktir Risma
Tiga Tahun, Rudi Klaim Pendapatannya Rp 15 Miliar